Tangan saya mulai memegang di bagian atas bambu,  memosisikannya persis di depan dada, serta memastikan bambu tersebut berdiri tegak dan  stabil.
Secara perlahan, saya pun menempatkan kaki kanan pada pijakan yang tersedia, dan disusul dengan kaki kiri.
Lalu, memastikan kalau tubuh  saya sudah seimbang, untuk siap memulai langkah.
Begitu cara saya ketika mengikuti lomba egrang pada perayaan 17 Agustus di kampung halaman sedari kecil.
Bagi saya pribadi, pengalaman itu sangat berkesan dan menarik.
Di kampung halaman kami, permainan egrang memang termasuk kategori permainan yang diminati oleh anak-anak dan remaja.
Bahkan tidak sedikit orang dewasa yang masih mau memainkannya. Tentu dengan tantangan yang berbeda. Misalnya, dengan posisi pijakan kaki yang jauh lebih tinggi.
Sekarang, permainan tradisional seperti ini, sudah jarang saya temui. Bahkan di lingkungan tempat tinggal saya ini, hampir tidak pernah melihat permainan tradisional semacam ini.
Pernah saya mencoba, menarik perhatian siswa saya di sekolah. Di saat perayaan 17 Agustus, saya menunjukkan kemahiran saya memainkan egrang.
Walau sudah lama tidak memainkannya, ternyata saya masih bisa menjaga keseimbangan tubuh, bukan saja bisa melangkah, tetapi masih lihai untuk berlari-lari kecil.
Saya pribadi, sering merindukan permainan tradisional ini. Ingin sekali mengenang masa kecil kembali. Bahkan ingin bermain bola sambil menggunakan egrang. Seru pokoknya!
Dulu, semasa kecil permainan tradisional ini menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Bisa dibilang, egrang tidak pernah absen menjadi salah satu perlombaan 17 Agustus.
Menurut hemat saya, hendaknya permainan tradisional semacam ini tetap dilestarikan. Ini adalah kekayaan budaya bangsa kita. Kalau tidak diwariskan dari generasi ke generasi, bisa saja permainan seperti ini akan hilang dan generasi berikutnya kurang menghargai budaya bangsa.
Bagi anak-anak, bermain egrang itu  tentu ada banyak manfaatnya. Terutama di era yang serba digital seperti sekarang. Setidaknya, egrang atau pun permainan tradisional lainnya, diharapkan mampu menjadi sarana yang dapat menarik perhatian anak-anak dari kecanduan gawai.
Selain itu, egrang juga ternyata dapat melatih keseimbangan tubuh, Â menjadikan tubuh lebih bugar dan terhindar dari kebiasaan "mager".
Bisa juga membantu melatih ketangkasan dan keberanian seseorang, membangun nilai kebersamaan dan sportivitas. Serta melatih kebiasaan diri, ketika terjatuh akan belajar untuk bangkit kembali.
Akhirnya, saya berharap egrang ini tetap disayang, nilai-nilainya tidak hilang, dan budayanya tetap dikenang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI