Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mari Sepakat, Tidak Ada Kamus Darurat Regenerasi Petani di Negeri Agraris!

27 April 2019   20:51 Diperbarui: 29 April 2019   12:17 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : instagram @kementerianpertanian

Bisa Anda bayangkan, sudah menggeluti jurusan pertanian selama 4 atau 5 tahun, tapi ilmu pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh di kampus tidak diaplikasikan sama sekali. Sayang saja menurutku!

Hal itu pernah menjadi sindiran dari Bapak Presiden Joko Widodo pada sebuah acara Dies Natalis Institut Pertanian Bogor (IPB) ke-54 di Bogor tahun 2017 lalu.

"Mahasiswa lulusan IPB banyak yang kerja di bank. Terus yang ingin jadi petani siapa?"

Jadi, cukuplah pengalamanku dan teman-temanku yang yang tidak komitmen berkuliah di jurusan pertanian. Berharap tidak menjadi pengalaman orang lain juga. Ketika sudah menggeluti kuliah di pertanian, tetap perjuangkan komitmenmu, majukanlah pertanian negeri ini.

Sesungguhnya bangsa kita saat ini sedang mengalami krisis SDM di bidang pertanian. Dalam sebuah siaran pers yang pernah dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (www.lipi.go.id) mengatakan bahwa:

"Saat ini, usia petani nasional mengalami ancaman penuaan karena sebagian besar petani berusia 45 tahun keatas. Bahkan, hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Kependudukan mencatat bahwa rata-rata usia petani padi di tiga desa pertanian padi Jawa Tengah mencapai 52 tahun dan sedikit pemuda yang bersedia untuk melanjutkan pertanian keluarga. Berkaca dari hasil survei tersebut, bila ke depan kondisi itu dibiarkan saja, maka Indonesia akan mengalami krisis petani. Oleh karena itu, pemerintah perlu membuat kebijakan regenerasi petani di negeri ini untuk mencegahnya."

Kemudian dari hasil survei LIPI tersebut pula dikatakan bahwa anak petani yang kembali menjadi petani untuk melanjutkan usaha tani keluarganya ternyata hanya berkisar pada angka 3 persen. Padahal berdasarkan data FAO tahun 2014 menunjukkan bahwa 90 persen pangan nasional diproduksi oleh pertanian skala kecil, bahkan untuk tingkat global 80 persen pangan diproduksi oleh pertanian keluarga skala kecil.

Sesungguhnya, apa yang harus kita lakukan untuk menyiasati masalah tersebut?

Kesadaran kita harus disegarkan kembali. Bangsa kita tetap masih menjadi negara agraris selain maritim. Pertanian masih cukup seksi sebagai ladang mata pencaharian dari masa ke masa. Lihat saja fakta berikut! Bahwa nilai dari investasi pertanian 2013-2018 di negeri ini ternyata masih sangat menjanjikan.

Sumber infografis : instagram @kementerianpertanian
Sumber infografis : instagram @kementerianpertanian
Untuk itu, perlu ditanamkan terus-menerus bahwa cita-cita menjadi petani masih menjadi peluang besar di negeri ini. Tidak akan ada matinya untuk bisnis pertanian. Hanya perlu ditawarkan dengan konsep kekinian yang sesuai era digital dan internet.

Sumber gambar : instagram @kementerianpertanian
Sumber gambar : instagram @kementerianpertanian
Kita perlu optimis dan mendukung pemerintah yang masih tetap mengejar target tahun 2019 akan lahir 1 juta petani milenial. Mengingat mereka adalah generasi melek digital yang ada di era ini. Maka tidak salah lagi kalau pemerintah sedang menyiapkan Indonesia sebagai Energi Digital Asia 2020. Dalam hal itu, sedang dilakukan pengembangan 4 inisiatif digital pada sektor strategis pertanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun