Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Merekatkan Silahturahmi dari Tungku Warung Ijo

19 Januari 2022   08:00 Diperbarui: 20 Januari 2022   08:15 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhammad (38) dan Yuni (43) tampak sedang sibuk melayani para pelanggan | Dok. pribadi/ Thomas Panji

Di samping itu, kayu bakar juga dinilai sebagai salah satu bahan bakar memasak yang dapat menghasilkan kualitas makanan yang jauh lebih optimal dan berkarakter. 

Hal ini dibenarkan oleh Yuni, yang juga menceritakan jika kayu bakar sudah menjadi ciri khas dari warung nasi warisan neneknya. Alasan ini dipengaruhi oleh selera lidah dan kebiasaan dari Mbah Wiro yang senang menikmati teh dari hasil rebusan air yang dimasak dengan kayu bakar.

Kebiasaan ini pada akhirnya mempengaruhi metode memasak di warung nasinya, yang serba menggunakan kayu bakar, mulai dari memasak nasi, menggoreng telur, dan merebus air. 

Dari pengalaman memasak menggunakan kayu bakar, Muhammad menceritakan pada penulis jika pada akhirnya ada begitu banyak pelanggan yang sangat menyukai cita rasa makan yang disajikan, sebab kayu bakar di satu sisi juga dapat menimbulkan memori akan masakan rumah.

"Sekarang udah agak cukup susah untuk nemu warung atau rumah makan gitu ya, yang masih pakai kayu bakar buat masak, apalagi di kota besar kayak Jogja. Jadi, karena kita masih terus pakai kayu bakar untuk masak, mungkin ada juga orang yang merasa kangen sama masakan ibu atau masakan desa yang harumnya itu harum kayu bakar," tutur Muhammad.

Di satu sisi, Muhammad juga menceritakan pada penulis mengenai salah satu menu makanan yang kerap kali dipesan oleh para pelanggan. 

Muhammad menjelaskan jika nasi rames, telur dadar, dan teh nasgitel (panas, legit, kentel) ada menu yang seringkali dipesan oleh para pelanggan. 

Muhammad pun kemudian menawarkan menu tersebut pada penulis, maklum itu adalah kali pertama penulis datang dan penasaran dengan sejarah dari warung legendaris tersebut.

Tanpa berpikir panjang, penulis langsung mengiyakan tawaran Muhammad, yakni nasi rames, lengkap dengan lauk telur dadar yang baru diangkat dari penggorengan, ditemani segelas teh nasgitel (panas legit kentel), serta sebatang rokok kretek. 

Setelah memesan, penulis langsung bergegas mencari tempat duduk di bagian halaman warung, dan tak lama berselang makanan pun tiba. Sekilas, nasi rames yang disajikan sangatlah sederhana.

Pada suapan pertama, perpaduan antara nasi rames dan sayur nangka memainkan elemen yang cukup menarik sekaligus unik di lidah penulis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun