Mohon tunggu...
Money

Pendapatan Masyarakat Meningkat 566%, Fakta atau Fiksi?

10 Januari 2017   22:40 Diperbarui: 10 Januari 2017   22:55 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa jumlah Pendapatan Negara tahun 2017 kisaran 1.750 T sedangkan anggaran belanja kita sebesar 2.050 T, lalu bagaimana cara pemerintah menutupi kekurangannya? Ada dua cara, yang pertama adalah dengan meminjam uang atau dengan hutang luar negeri dan yang kedua adalah mencetak uang lagi. Coba kita tanyakan pada diri kita sendiri, sudah tau kah hal ini? Atau masihkah kita tidak mau tau?

Pada APBN 2017 di sebutkan bahwa untuk membayar bunga pinjaman/ utang luar negeri, indonesia memiliki anggaran kisaran 223 T, hanya untuk membayar bunganya saja, sekali lagi, masyarakatlah yang paling di rugikan di sini, kenapa? Karena jika uang itu di gunakan untuk pembangun infrastruktur saja untuk daerah daerah perbatasan kalimantan, saya rasa itu adalah angka yang cukup untuk menguatkan loyalitas masyarakat perbatasan terhadap Tanah Airnya, tapi justru hanya di buang buang hanya untuk membayar BUNGAutang negara indonesia.

Yang kedua adalah dengan cara mencetak uang, saya yakin pejabat pejabat bank BI tidak akan mau mengaku bahwa uang yang mereka cetak melebihi tingkat permintaan uang di indonesia. Kalaupun memang ini adalah sebuah tudingan, saya rasa angka yang “katanya” 5% pertahun ini cukup kuat untuk di jadikan dasar tudingan yang di tujukan pada para pejabat pejabat bank BI.

Dan kalau memang benar mereka tidak melakukannya, lalu dengan instrumen apa pemerintah bisa menggajih para pejabat pejabatnya? Karna menurut hitung hitungan di atas kertas, untuk gaji lurah saja, pemerintah tidak bisa menggajihnya bagai mana mungkin pemerintah bisa menggaji presiden? Menggaji anggota DPR, menggaji MPR.

Kita bisa menghitung ini dengan mudah sebenarnya, kita langsung ambil datanya saja, Pada tahun 2000 pendapatan perkapita penduduk indonesia Rp 6.775.000/Th, tahun 2015 pendapatan perkapita penduduk indonesia Rp 45.180.000 / Th, kalau kita kalikan jumlah penduduk kita yang mencapai 250jt jiwa;

(45.180.000*250.000.000) - (6.775.000*250.000.000) = 9.601 T, dengan fakta bahwa, 1 gram emas di tahun 2000 adalah 75.245/gr sedangkan 1 gram emas di tahun 2015 Rp 507.250/gr, lantas dari mana angka 9.601 T itu muncul? Kalau kita sering bertanya, untuk apa Bank Sentral itu mengarang cerita fiksi tentang menstabilkan nilai Rupiah? Ada 9.601 T alasan untuk itu.

Seperti itu kah demokrasi kita berjalan? Benarkah aspirasi kita di dengar oleh para penguasa? Yang tanpa sadar dengan berlakunya sistem pemerintahan saat ini, pelan pelan mencuri uang dari rakyatnya, tanpa ada satu payung hukum pun yang dapat menindak ini.

Saya berkata seperti itu, karna sampai saat ini indonesia belum pernah menghukum pejabat negara akibat mencuri uang rakyat menggunakan instrumen INFLASI ataupu HIPER INFLASI. Satu instrumen perbankan yang sangat baik, lahir di dalam kelemahan suatu sistem, dan dapat di manfaatkan oleh oknum berkuasa dengan sangat baik pula.

“Kita dirampok, Tapi kita tak perduli.” Penulis

III.       Penutup dan saran

Kalau memang kita berdiri di atas demokrasi, dimana semua yang pihak penguasa lakukan adalah untuk rakyat, maka apa salahnya kalau kita kembali lagi menggunakan emas sebagai alat penyimpan kekayaan kita? Agar semua pihak merasa di untungkan, tidak ada lagi kata kata mencetak uang yang hanya bisa di lakukan oleh segelintir orang saja, kalaupun satu atau dua pihak mau mencetak emas sebanyak banyaknya, silahkan saja, itupun kalau bisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun