Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The Widow of Zarephath (Cerpen Rohani)

21 November 2021   19:12 Diperbarui: 21 November 2021   19:14 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Janda Sarfat (sumber: churchofjesuschrist.org)

Orang itu lalu berdiri dan mengembangkan tangannya, seperti sedang hendak memberi berkat. "Sebab beginilah firman Tuhan, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli -- buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu Tuhan memberi hujan ke atas muka bumi."

Selena hanya terpaku mendengar ucapan orang tua itu. Di dalam hatinya ia bertanya, siapakah dirimu sebenarnya? Apakah seorang Nabi Tuhan? Tuhan, Allah Israel? Di sini kami menyembah Dewa Phoenicia, Dewa Baal. 

Lalu apakah benar perkataannya itu? Bahwa Tuhan, Allah Israel, akan membuat tepung dalam tempayan dan minyak dalam buli -- buliku tidak berkekurangan sampai hujan tiba nanti? Apakah hujan akan muncul lagi nanti? Ah.

Ada banyak pertanyaan dalam benak Selena sehingga orang tua itu mengatakan dua tiga patah kata yang membuat Selena mengikuti ucapannya.

"Namaku Elia. Berimanlah dan lakukanlah."

Selena pun mematuhi ucapannya dan mengumpulkan beberapa kayu api, lalu mengambil minyak dalam buli -- buli di gudang bawah tanah. Ia kembali ke rumah dengan tergesa -- gesa, tidak memedulikan Gio yang keheranan di pinggir ruangan, lalu berdiri di depan tungku olahan.

Ia mengambil segenggam terakhir tepung yang ia miliki, memejamkan mata, lalu memutuskan untuk beriman kepada Tuhan. Tepung itu pun jatuh ke dalam tungku olahan, dan ia mengolahnya menjadi sebuah roti bundar. Setelah jadi, ia membawanya ke belakang, menuju sang Nabi Tuhan.

Elia duduk di bawah pohon dan tersenyum. Ia memakan sembari bersenandung. Selena bernapas dengan terburu -- buru. Ingin sekali ia menagih janji sang nabi bahwa Tuhan akan mencukupkan kebutuhannya. Tapi tidak ada perkataan keluar dari mulutnya. Sampai seseorang memanggilnya dengan suara ketus.

"Ma! Ma! Tadi bukannya Gio melihat mama memakai semua tepung dalam tempayan untuk mengolah roti itu, bukan? Mengapa sekarang isinya penuh? Lihat ini, ma!"

Selena menoleh dan melihat Gio dengan susah payah membawa tempayan yang telah penuh dengan tepung. Ia terkejut dan terharu. Ternyata orang di hadapannya ini benar -- benar seorang nabi Tuhan. Sang ibu tersungkur di dan berlutut di tanah berdebu. Sementara itu Gio memerhatikan pintu gudang bawah tanah yang terbuka.

"Ma! Lihat, bukankah kita seharusnya hanya punya tiga atau empat buli -- buli? Lalu mengapa sekarang jumlahnya ada sepuluh? Ah, tidak, mungkin dua puluh! Sebentar, coba Gio ke bawah dan hitung dulu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun