Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengorbanan [Cerpen Kristiani]

25 Agustus 2020   15:35 Diperbarui: 25 Agustus 2020   15:37 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kenan juga menyerang James. "Jangan terlihat sok suci kau, James. Kami mengenalmu bahkan sebelum kau jadian dengan Amelia. Kau anak bangor. Jika kau tidak melakukan satu hal, kau pasti melakukan hal yang lain. Jujurlah. Kau sudah melakukan apa saja terhadap Amelia? Itu 'kan mengapa kau betah sekali berduaan dengannya? Sudah sampai ke base berapa?"

Di dalam hatinya, James merasa tersiksa dengan tuduhan yang dilemparkan oleh kawan -- kawannya. Ingin sekali ia meninggalkan tempat itu. Namun, ia merasa bertanggung jawab sebagian atas tuduhan -- tuduhan itu. Dulu, memang ia dikenal sebagai anak yang jauh dari pedoman -- pedoman Kristiani. Amelia mengubahnya sedikit demi sedikit. Dan ia pun tidak ingin kembali ke jalan yang lama. Oleh karena itu ia membela diri. Dengan cara membeberkan firman.

"Dengarkan ini, Kenan. Lidah, walaupun anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara -- perkara yang besar. Lidah yang kecil dapat membakar hutan yang besar. Yang kau katakan itu bukanlah sebuah kebenaran, Kenan, melainkan fitnah."

"Huh, dia memakai ayat Alkitab lagi untuk melawan kita, Ton. Aku jadi malas. Apa sebaiknya kita cari tempat lain saja? Kita ke sini untuk mencari udara segar, bukan untuk dikhotbahi."

"Kau benar, Kenan. Kita pergi saja?"

Mereka berdua pun akhirnya mengangkat kaki dari kios Om Simorangkir. Di benaknya sebenarnya James merasa kecewa, namun ia merasa bertanggung jawab untuk mengikuti firman Tuhan. Ia mengakui bahwa sebenarnya ia tidak putih -- putih amat. Dirinya yang keluar ketika khotbah yang membosankan, adalah salah satunya. Namun ia belajar. Ia mengaku masih banyak kekurangan, dan ia belajar untuk menjadi sama seperti Sang Juruselamat.

Kini di samping James sudah ada bapak -- bapak. James mengenalnya. Om Simorangkir, yang punya kios ini. Ia menyalakan rokoknya.

"Teman -- temanmu tadi itu terlihat kecewa denganmu. Om juga tadi sedikit -- sedikit mendengarkan. Maaf ya, bukan maksudnya menguping. Tapi om setuju dengan kata -- katamu. Kenan itu pentolan di gereja ini. Dia itu pemimpin seksi pemuda. Banyak yang mengidolakannya, selain karena ganteng, juga berkharisma. Majelis -- majelis gereja juga banyak yang ada perlu dengannya. Tapi, ya, seperti itu. Suci di gereja, tapi dosa jalan terus. Om senang mendengar kata -- katamu. Ia harus disadarkan."

Namun, melihat James yang tetap terdiam, Om Simorangkir merasa ada yang mengganjal. "Ada apa, James?"

"Bukan begitu, Om. Saya kadang sedih. Nanti malam, yang pergi ke Alexa hampir semua anggota pemuda gereja ini. Semuanya teman -- teman saya. Dan sudah lama, saya kehilangan mereka. Saya sedikit kesepian."

Om Simorangkir tersenyum, "Kalau begitu, ikut saja nanti malam."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun