"Ah, mana mungkin?" ujar James penasaran.
"Kau harus dengar sendiri kata -- katanya kemarin. Aku bosan hidup begini terus, katanya. Hahaha. Bahkan ia pun menyerah menjadi orang baik terus -- terusan. Kau sendiri bagaimana? Mau ikut tidak? Sudah lama kau tidak kumpul -- kumpul lagi sama kami."
Antony mencibir, "Tidak mungkin, Kenan. Tidak mungkin. Selama masih ada penghalang bernama Amelia, seorang James tidak akan pernah lagi keluar malam. James itu bucin tahap dewa. Apa yang disuruh oleh Amel, ia pasti mengikuti. Kau tahu apa doaku kemarin malam, James? Aku berdoa agar kalian putus!"
"Hus!" cetus James. Ia sedikit tersedak mendengar kata -- kata Antony tapi bisa menyembunyikannya. Ia bertanya lagi. "Jadi kalian berlima nanti yang pergi ke Alexa? Ada siapa lagi? Aku tidak bisa ikut, Amelia butuh diriku untuk menemani. Ia akan ujian sidang spesialis dua hari ke depan."
"Omong kosong." ujar Kenan.
"Benar seperti itu adanya. Lagipula, bukankah kalian berdua juga ikut sermon pemuda Sabtu kemarin? Dikatakan bahwa persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan berkenan kepada Allah. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu. Apa yang kalian lakukan di Alexa itu bertolak belakang dengan firman itu."
Tony bereaksi. Pisangnya hampir habis. "What happens in the church stays inside the church. Different things happen outside."
Kenan juga terlihat mengejek. "Mungkin Amelmu itu tidak hanya mengekang kehidupanmu, James. Ia juga mencocormu dengan firman Tuhan. Sudah bukan bucin level dewa lagi, dia, Ton. Sudah bucin tahap neraka."
Mendengar ocehan Kenan, anehnya James tetap tenang. "Ya, mungkin memang seperti itu adanya. Tapi hidupku lebih tenang ketika aku mengikuti apa katanya. Kuberitahu sesuatu. Aku tidak keluar malam -- malam lagi bukan karena Amel. Ia tidak pernah melarangku. Nanti malam pun sebenarnya Amel tidak memintaku untuk menemaninya. Namun aku memilih itu karena hal itu lebih bermanfaat."
Antony tertawa mengejek. "Kau mudah mengatakan itu, James. Gampang untuk terlihat sebagai ksatria pembela kebenaran. Kau terlihat sebagai ksatria gagah di atas kuda bagi Amelia. Namun begitu perasaan itu lenyap, kau akan kembali seperti semula. Sudahlah, ikut saja. Kita bersenang -- senang. Kau sudah lama absen. Lagipula nanti ada Yohanna. Bukankah setiap pemuda di gereja ini mengidolakannya?"
James hanya tersenyum mendengar tawaran dari Antony. "Nice try, bro."