Telunjukku menuju kelinci yang sekarang berada tingkat kedua, di atas sebuah meja stroberi yang kosong. Petugas medik masih memeriksanya. Tubuhnya sudah dibersihkan, namun masih sedikit memerah akibat luka -- luka yang terbuka.
Pertanyaan terbesarku adalah bagaimana mungkin kelinci itu bisa mencabut pisau dari leher Roger? Pisau itu memang tidak besar, namun bagaimana pun, seekor kelinci mencabut dari leher seorang manusia...ah, salahkulah tidak pernah melihat kekuatan seekor kelinci, jadi aku tidak tahu. Bagaimana pun...
"Kelinci itu memang aneh, Kilesa. Hanya ia sendiri yang berhasil kabur dari kandangnya. Lalu menggigit pisau. Johnson bilang bahwa ialah yang membunuh. Konyol, bukan? Nah, orangnya datang. Orang gendut ini lucu kalau datang tergopoh -- gopoh."
Ketika sampai, Johnson langsung bersungut -- sungut. "Kau memberikanku tugas yang menyebalkan lagi, Kilesa. Jika memang ia pembunuhnya, sudah, tangkap saja. Aku masih tertarik dengan kelinci gila itu. Tidak pernah merasa sakit. Sudah disuntik berkali -- kali, namun sepertinya imun terhadap sakit."
Johnson kerap memberikan nama baru bagi kelinci itu. Aku hendak menjawab perkataan terakhirnya, namun tiba -- tiba terdengar teriakan dari arah meja stroberi. Kelinci itu berteriak, setengah menangis.
"Well, nampaknya kelinci itu tidak kebal terhadap sakit, Johnson. Tapi memang, kelinci itu sungguh aneh. Menyusahkan saja." ujarku.
"Juga bagi tim forensik, Kilesa. Dengan membawa jejak darah dari korban, ia berkeliaran ke seluruh pelosok vila. Darah di mana -- mana. Kami jadi kesulitan melakukan pemeriksaan. Untungnya kami tim terlatih."
Berkeliaran ke seluruh pojok villa. Berkeliaran. Darah di mana -- mana. Tiba -- tiba sesuatu gagasan muncul di kepalaku. Aku mengulang -- ulang gagasan itu, mengeceknya dengan bukti dan fakta yang ada, dan semuanya cocok. Cocok seperti puzzle yang disusun oleh seorang anak kecil. Aku menjentikkan jari.
"Aku sudah tahu apa yang terjadi. Johnson, kau boleh memeriksa Yunus lebih lanjut, namun jika bukti -- bukti tidak mengarah padanya, dan aku yakin tidak, kau boleh membebaskannya. Aku yakin kita sudah menangkap biang keladi dari kasus ini."
Kedua kolegaku terperangah. "Apa maksudmu? Kita sudah tahu siapa pelakunya?"
"Tentu saja, teman -- teman. Itulah pelakunya. Ia mengacaukan segalanya. Rencana yang terukur menjadi hancur berantakan. Bawa dia ke kantor polisi untuk diamankan lebih lanjut."