Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Kelinci Pembunuh [Detektif Kilesa]

30 Juli 2020   16:13 Diperbarui: 30 Juli 2020   16:15 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dudi berada di hadapanku dengan wajah cemas dan ketakutan ketika kami bertanya hal -- hal trivial kepada dirinya. Ia menginformasikan bahwa ia hanya pekerja di tempat itu, digaji hanya untuk bersih -- bersih dan memenuhi kebutuhan pelanggan villa. 

Ia sama sekali tidak punya niat untuk menghabisi nyawa klien majikannya. Pekerjaan utamanya adalah sopir, jadi sebenarnya istrinyalah yang bertanggung jawab untuk menjadi caretaker. Namun saat ini istrinya sedang pergi ke rumah nenek. Jadi Dudilah yang bertugas hari ini.

Sebelumnya kujelaskan dulu mengenai kelinci sadis itu. Ternyata di belakang, di samping rumah kayu, ada kebun kelinci. Ada pagar kayu yang dilapisi dengan kawat setinggi satu meter, membatasi lahan kelinci dengan rumput dan kolam ikan di sebelahnya. Melihat kelinci -- kelinci di dalam hanya bisa melompat -- lompat kecil saja, maka aku bingung si kelinci sadis (kami menyebutnya itu sekarang) bisa keluar dari pagar, sementara pintunya sendiri terkunci.

Ada satu bukti penting yang berada di senjata pembunuh: sidik jari. Oleh karena itu Mahmud langsung menitahkan semua anak buahnya untuk menghentikan kegiatan mereka, dan menangkap kelinci sadis dengan hati -- hati. Pemandangan berikutnya adalah sebuah kejadian menggelikan. Kelinci itu susah ditangkap. Tetapi ia terus menggigit pisau itu. Polisi terus mengejar dengan cara zoning play. 

Pada akhirnya ia menyerah. Ia terpojok dan melepaskan pisau itu, yang kemudian diamankan oleh pihak polisi. Salah seorang anggota polisi lainnya juga mengecek kesehatan si kelinci sadis.

Sepanjang kejadian pengejaran itu, Johnson tiada henti meneriakkan seruan tangkap kelinci pembunuh itu. Aku tahu ia bercanda, namun ada fakta aneh di sini. Seekor kelinci menggigit senjata pembunuh. Bagaimana mungkin? Jika pisau itu tertancap di leher manusia, seekor kelinci takkan bisa mencabutnya, terutama dengan giginya. Apalagi membunuh orang dengan membenamkan pisau?


Kembali pada Dudi, inilah percakapan yang terjadi terkait dengan kasus. Aku mulai bertanya. "Bapak kenal dengan Pak Roger Yamin? Bagaimana keadaannya ketika ia anda temukan?"

"Tentu saja tidak, pak polisi. Mereka adalah tamu di sini. Tadi siang, sekitar tengah hari, saya mendengar suara mobil keluar dari gerbang. Maka saya asumsikan mereka keluar jalan -- jalan. Namun ketika saya keluar rumah setengah jam kemudian, pintu gerbang ternyata terbuka. Ketika saya masuk, saya kaget setengah mati. Salah seorang tamu sudah tergeletak di jalan. Saya langsung telepon polisi."

Aku terkejut. Ini fakta baru. Bisa saja keluarganya pergi setelah melenyapkan nyawa Roger. Lalu untuk menciptakan alibi atau kepercayaan diri, mereka pergi berwisata. Untung saja Mahmud bertindak cepat dan tepat. Keluarga itu masih dalam pengawasan. Aku kembali bertanya.

"Selama keluarga ini tinggal di villa ini, ada yang aneh? Sudah berapa lama mereka menginap?"

Dudi menggeleng, "Tidak, pak. Baru semalam. Mereka datang malam kemarin, sekitar pukul delapan. Saya perhatikan, mereka langsung beristirahat di dalam rumah putih ini. Tidak ada yang berpesta di luar, di kebun atau di rumah kayu. Tidak ada api unggun yang menyala. Maka saya asumsikan mereka langsung tidur. Begitu pula paginya, tidak ada yang aneh."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun