Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Kelinci Pembunuh [Detektif Kilesa]

30 Juli 2020   16:13 Diperbarui: 30 Juli 2020   16:15 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari: https://www.newgrounds.com/

KASUS KELINCI PEMBUNUH

Pk. 15.34.

"Kasus pembunuhan seperti biasa, Johnson?"

"Biasa apanya, Kilesa? Aku bukan partnermu yang sebenarnya. Aku hanya detektif pengganti. Si Charles tolol itu sedang mengurusi paspornya yang hilang. Dan aku tidak sebodoh partner sialanmu itu. Aku ini orang pintar, kasus yang kutangani accomplished 90 persen!"

"Well, baiklah." ujarku sambil mengerdikkan bahu. Sebenarnya Charles dan Johnson sama saja. Sama -- sama menganggap dirinya tinggi dan jenius. Padahal sistem logika mereka biasa saja. Tentang kasus 90 persen selesai, itu karena partnernya, Dono, yang memiliki otak di atas rata -- rata. Dan sekarang, baik Charles dan Dono berhalangan untuk bertugas. Jadi, bos menugaskan aku dan Johnson bermitra.

Mobil kami melaju di jalan sepi dan sempit, berliku dan bergelombang. Di sisi kami rumah jarang -- jarang, dan masih banyak pohon tinggi menjulang. Kami sudah dibrief sebelumnya bahwa pembunuhan terjadi di sebuah villa terpencil di daerah perbukitan, sedikit jauh di luar kota. Cuaca mulai dingin tanda kami sudah mencapai daerah perbukitan. Matahari yang bersinar sayu -- sayu dari balik awan tebal tidak berpengaruh banyak bagi kami.

Kami pun akhirnya tiba di TKP. Dari luar, tempat ini tidak tampak seperti villa. Hanya ada gerbang putih dan tembok semen tinggi yang mengelilingi. Aku melihat sekeliling, hanya ada satu dua tetangga. Sisanya kebun dan sawah. Salakan anjing terdengar dari kebun kubis ketika kami datang, namun cepat kembali senyap. Gerbang putih terbuka, dan aku melihat bahwa mobil tim forensik sudah berada di dalam. Mahmud sudah tiba lebih dulu.

Villa itu ternyata cukup luas. Begitu kami masuk, kami disuguhkan pemandangan berbukit dari lahan villa. Ada tiga tingkat bukit yang memanjang ke belakang. Di bukit pertama, ada sebuah rumah putih yang cukup elegan. Di bukit kedua, ada taman stroberi. 

Dan sebuah rumah kayu bertingkat di bukit ketiga. Komplek villa itu dikelilingi oleh tembok batu setinggi dua meter, dengan jalan paving block yang menghubungkan setiap tingkat berada di sisi kanan. Namun semuanya itu hanya menjadi pandangan sekilas bagi kami. Di sebelah kanan, di jalan paving block depan rumah putih, sebuah mayat terbujur kaku tertelungkup.

Mahmud langsung menyisihkan garis polisi yang baru saja ia tarik ketika kami datang. Kami pun langsung bertukar informasi.

"Korban bernama Roger Yamin, seorang pebisnis kelinci dari timur Jawa. Kami sudah mengecek KTPnya. Usianya 45 tahun. Dia datang ke sini sedang berliburan bersama keluarga. Mereka menyewa villa ini selama dua hari. Entah mengapa, pada saat kejadian berlangsung, korban sendirian di villa. Kami baru saja mengontak istrinya. Ia bersama kedua anaknya dan keluarga saudara laki -- lakinya sedang berliburan ke Puncak Arena. Tidak jauh dari sini. Taman wisata itu..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun