Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Saksi Bisu [Detektif Kilesa]

23 Juli 2020   11:45 Diperbarui: 23 Juli 2020   11:49 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
theodysseyonline.com

Aku menguap bosan. Aku menatap Charles dan ia pun beropini sama. Ini bukan kasus untuk kaum detektif. Charles berkata, "Kembali ke kantor kita, sobat?"

"Nampaknya begitu, Charles. Apa lagi yang menjadi jobdesk kita siang ini?"

"Menyusun berita acara. Laporan tentang kasus terakhir kemarin, Kolam Merah. Bertemu dengan pak bos untuk membicarakan pengadaan mesin pembuat kopi."

"Huh, membosankan. Apa kita tidak ada pekerjaan lain?"

Charles mengangkat bahu. Pandanganku kemudian beralih pada orang -- orang yang berkerumun di belakang garis polisi. Wajah -- wajah itu terlihat cemas dan sedih. Anjani benar, Tukiman adalah orang yang dikasihi di lingkungan ini. Tunggu dulu, mungkin ada yang bisa kita lakukan. Aku menatap Charles dengan sebuah senyuman. Ia sudah merasa ada yang tidak enak.

"Apa, Kilesa? Jangan bilang kau punya ide yang akan membuat kasus semakin rumit dan runyam."

"Sayangnya, aku senang dengan pekerjaan ini, Charles. Ayo, kita wawancarai mereka."

***

Apartemen yang sempit membuat kami melakukan wawancara di kamar ujung di lantai yang sama, sebuah ruangan yang tidak terpakai karena baru saja ditinggalkan pemiliknya. Awalnya kami berencana untuk mewawancara satu persatu, namun karena tidak ada daun pintu serta peredam suara, kami mengundang semuanya untuk masuk ke ruangan. Ibaratnya antrian dokter, kami berada di tengah bersama seorang narasumber, dan yang lain mengantri di dekat dinding. Di dunia kepolisian, baru sekarang hal seperti ini terjadi.

Di antrian, ada bermacam -- macam orang. Tadinya ada lebih dari sepuluh orang hendak memberikan kesaksian, bukti bahwa Pak Tukiman adalah orang yang populer. Begitu mengetahui mereka berasal dari kamar yang sama, aku meminta untuk perwakilan satu kamar satu. Sisanya silakan keluar. Aku tahu beberapa masih berada di balik dinding untuk mendengarkan. Kebijakan ini menghasilkan lima orang berada di ruangan bersama kami, termasuk Anjani, pelayan pak Tukiman.

Orang pertama yang hadir di depan kami adalah seorang ibu -- ibu berusia lima puluhan. Tinggal di seberang kamar Pak Tukiman, ialah yang melaporkan kejadian pada polisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun