Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mulawarman 1 [Novel Nusa Antara]

22 Maret 2019   16:57 Diperbarui: 22 Maret 2019   17:00 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sang pemuda mengancam sang penjaga yang diikuti oleh anggukan bahu penjaga tanda mengerti. Mereka berjalan beriringan melewati kerumunan orang -- orang pasar. Bau amis ikan dan daging mentah tercium jelas di hidung sang pemuda.

Penjaga lainnya berucap, "Simpan amarahmu itu, pangeran. Khotbahmu tadi diperhatikan oleh kakekmu. Ia ada di ujung pasar ini."

Sorot mata sang pemuda berubah. Mukanya mengekspresikan keterkejutan. Ia tidak menyangka bahwa kakeknya ada di pasar ini memperhatikannya. Ia benar -- benar kaget karena ia memastikan bahwa kakeknya sedang berlayar ke dataran di seberang Pelabuhan Mahakam pagi tadi sebelum ia berencana untuk naik ke podium pasar.

"Ke mana sekarang kita menuju?" ujar sang pangeran kepada para penjaga. Kata -- kata yang tidak tersusun baik mencerminkan kepanikannya.

"Kau tahu sendiri."

Mereka melangkah beberapa langkah sebelum akhirnya berhenti di sebuah kedai kopi kecil terletak di pintu masuk pasar. Beberapa orang terlihat duduk di atas kursi menikmati kopi dan susu dan berbincang -- bincang.  Kumpulan orang -- orang tersebut membuat sang pangeran tidak dapat mengenali darah kandungnya sendiri.

Seorang tua berambut putih lebat dengan jenggot tebal berpakaian katun duduk berbincang -- bincang bersama koleganya. Ketika para penjaga bersama sang pangeran menghampirinya ia sedang tertawa terbahak -- bahak. Salah seorang penjaga harus menepuk pundaknya untuk menyadarkan kehadiran mereka.

"Ah, para pengawal! Mau apa kalian, mau menangkapku? Aku tidak melakukan apa -- apa."

Sang penjaga kemudian menatap sang kakek dengan muka serius.

"Oh, tolonglah, tidak punyakah kalian selera humor sedikit? Aku sedang berusaha memenangkan permainan ini."

Sang orang tua kemudian melihat sang pemuda di belakang para penjaga dan memanggilnya ke samping, "Hai nak, kemarilah, lihatlah ke sekelilingmu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun