Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mulawarman 1 [Novel Nusa Antara]

22 Maret 2019   16:57 Diperbarui: 22 Maret 2019   17:00 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Bahkan ayahmu pun belum naik tahkta. Kau bermaksud mendahului ayahmu?" Kalimat tersebut diakhiri dengan sebuah tawa dan diikuti tawa dan cemoohan seluruh rakyat yang mendengarkan di kerumunan.

Sang pemuda tidak dapat mengendalikan emosinya. Ia berlari menuju tepi panggung, melompat, dan menerjang ke arah kerumunan. Perkelahian tidak dapat dihindarkan. Ia memukul dan menendang ke segala arah, berusaha menjatuhkan setiap orang yang ia temui dengan bogem mentahnya. Balasan pun ia terima, beberapa orang di kerumunan mulai menghujamkan pukulan dan tendangan ke arahnya. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama setelah tiga orang dengan memakai baju besi berlari ke arah kerumunan, mengeluarkan pedang, dan berusaha melerai sang pemuda dengan kerumunan.

"Cukup! Hentikan semua ini. Sekarang bubar!" ujar salah seorang berpakaian besi.

Rakyat yang berada di kerumunan tersebut kemudian membubarkan diri dan melanjutkan kegiatan mereka seperti biasa, meninggalkan sang pemuda bersama para penjaganya. Sang pemuda masih tersujud, berusaha memulihkan keadaan. Darah segar mengalir dari mulutnya.

"Kau ini, sudah kuperingatkan. Persiapkan dulu perkataanmu, baru melangkah menuju panggung pasar. Lihat apa yang terjadi saat kau main asal tembak saja. Setidaknya bogem dan tendangan tadi menjadi peringatan."

Salah seorang penjaga bertubuh besar membantu mengangkat sang pemuda berdiri. Ototnya yang kuat dan besar mampu mengangkat sang pemuda hanya menggunakan satu lengan saja.

"Aku tidak apa -- apa. Cukup. Aku bisa berjalan sendiri."

Seorang penjaga lainnya berucap,"Benar -- benar khotbah yang buruk. Apa -- apaan tadi? Aku tidak dapat menangkap intinya."

Ketiga orang lainnya menatap penjaga tersebut. Yang ditatap kemudian melanjutkan perkataanya.

"Dan tentunya khalayak yang buruk pula. Mereka harusnya mendukung putra mahkota dalam menjunjung semangat kebersamaan di Kerajaan Kutai."

"Hina kerajaan ini dan kepalamu tidak akan tinggal lama di atas tubuhmu itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun