Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lohgawe 1 [Novel Nusa Antara]

16 Desember 2018   15:44 Diperbarui: 16 Desember 2018   15:56 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Hei brahmana, coba ramal aku dulu, kawan. Minggir kau Kebo Ijo, aku ingin diramal Lohgawe" sang tuan pasar membuka percakapan dan meminggirkan Kebo Ijo yang terlihat bodoh ke sampingnya.

Lohgawe membuka matanya, cepat -- cepat bangun, dan mengambil sikap siap di hadapan Mas Bramono, sang pemilik kedai ikan di Pasar Remuk. Ia adalah seorang pejabat pasar yang dihormati oleh komunitas pasar.

Lohgawe membuka ramalan dengan suara sopan, "Bagian mana dari diri tuan yang ingin diramal, Mas Bramono?"

"Aku ingin mengetahui peruntunganku di bulan ini, brahmana." Mendengarnya Lohgawe segera membuka buku Primbon Rakyat. Namun segera Bramono melanjutkan, "Aku tidak ingin diramal melalui buku itu, brahmana. Aku tahu itu hanya karangan belaka. Temanku yang menulisnya setiap bulan dan ia menjualnya dengan harga murah, tidak di tempat ini, di Pasar Tuban. Jauh memang, namun aku yakin dari situlah kau mendapatkannya dengan harga murah." Bramono menutup dengan senyuman liciknya.

Orang ini pintar dan bukan orang sembarangan. Baiklah. Lohgawe kemudian mengeluarkan keris dari bawah mejanya. Melihat itu Bramono dan Kebo Ijo bergidik dengan pandangan terkejut, "Apa yang hendak kau lakukan, brahmana?"

Melihat itu Lohgawe tersenyum. Seorang peramal boleh salah menentukan nasib orang namun ia harus meyakinkan. Bahkan si jagal kerbau saja sampai terkejut. Hahaha. "Tenang saja, kawanku, ini hanya cara baru dalam meramal. Akan sedikit sakit, namun apakah kau ingin diramal, tuan?" jawab Lohgawe.

Berusaha menyembunyikan kekagetannya, Mas Bramono lalu berkata, "Apa yang harus aku lakukan?"

"Cukup ulurkan tangan Anda, tuan, dan hamba akan berusaha menentukan takdir dengan melihat isi darah Anda" jawab Lohgawe.

Mendengar kata darah membuat Bramono mundur, namun walaupun dipenuhi keraguan ia mengulurkan tangan kanannya ke depan. Melihat telapak tangan Bramono melayang di depannya, Lohgawe tidak membutuhkan waktu lama untuk mengayunkan keris tersebut dengan cepat ke atas tangan sang pejabat pasar, disusul dengan teriakan Kebo Ijo. Keris itu tepat berhenti di atas telapak tangan Bramono. Orang yang disebut terakhir hanya terduduk lemas.

Lohgawe hanya tersenyum. Ia menusuk telapak tangan Mas Bramono pelan -- pelan hingga darah keluar dan memerahkan ujung keris miliknya. Setelah itu ia mengambil keris itu, menggenggamnya dengan kedua tangan di depan dadanya, dan mengambil posisi berdoa. Kedua kompatriotnya hanya bisa tercengang melihat itu.

Lohgawe kembali tersenyum. Seorang peramal boleh salah menentukan nasib orang, namun ia harus meyakinkan. Dewa Wisnu, Dewa Siwa, dan Dewa Brahma pun tahu kalau aku hanya berpura -- pura. Setelah sekian lama menutup mata dan berkomat kamit, ia akhirnya menatap pelanggannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun