Lagu Benggong, sebuah lagu rakyat Manggarai Flores, juga memiliki pesan tentang sebuah harapan yang tidak boleh hilang meskipun kehidupan sedang tidak menentu.
Nyanyian seorang perempuan yang hidupnya sebatang kara, tidak memiliki ayah dan ibu. Hidupnya luntang-lantung tak menentu arah seperti bambu yang terombang-ambing ditiup angin.
Namun, perempuan tersebut masih menyimpan harapan " lako ko toé hi nana lupi nanga” : adakah seorang pemuda akan melintas di tepi muara? ". Akan seperti rangkang lada hatiku (gembira seperti saat bunga kamboja bermekaran).
Bénggong, mbéré lélé bénggong
Hos tiga bénggong, Rangkang lada bénggong
Lako ko toé hi nana lupi nanga, ngo haés téku waé
Betong bénggong-banggong
Rasung wa rasung wa, toé ita endé go ema go
Betong bénggong-banggong
Menggali kembali kekayaan yang terpendam
Keberagaman lagu-lagu daerah di NTT yang sarat pesan kehidupan, menggugah seorang musisi dan pencipta lagu, Ivan Nestorman, untuk menggagas Festival Flores the Singing Island pada bulan Agustus tahun 2021 lalu.
Festival ini mengingatkan kita akan kekayaan musik nusantara yang sangat indah.
Festival tersebut menampilkan musik dan lagu-lagu daerah di Pulau Flores yang sangat akrab di telinga, melibatkan ratusan penyanyi dan penari, membuka mata banyak orang bahwa NTT juga menyimpan potensi lain yang tidak kalah menariknya selain potensi wisata yang ada.
Sedikit sentuhan ‘baru’ dalam lagu lawas, memberi nuansa yang berbeda, namun tetap tidak mengurangi makna pesan di dalamnya. Nafas etnis dalam setiap aliran nada musiknya terasa sangat kental dan membuat hati terpikat.
Musisi daerah berbakat
Di tengah maraknya panggung hiburan yang dipenuhi oleh musisi muda dalam aliran musik yang beragam jumlahnya, kehadiran musisi daerah yang konsisten mengangkat lagu-lagu daerah memang semakin tergerus.
Namun hal tersebut tidak mematahkan semangat musisi daerah NTT yang berbakat, bahkan mampu bersaing dengan musisi lainnya di Indonesia. Ivan Nestorman, membuktikan hal tersebut.