Mohon tunggu...
Faridhian Anshari
Faridhian Anshari Mohon Tunggu... -

Seorang spectator sedari kecil yang "kebetulan" menjadikan sepakbola sebagai teman dan ramuan dalam eksperimen ajaibnya.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

"Sport Science" yang Kurang Tersentuh dalam Sepak Bola Indonesia

15 Maret 2018   23:39 Diperbarui: 16 Maret 2018   12:39 2155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: newmantuition.com

Kenapa sepak bola Indonesia kalah maju dengan negara lain? Apa kurangnya kita dengan negara sesama benua Asia, Jepang dan Korea Selatan yang langganan masuk Piala dunia. Jumlah penduduk? Jelas jumlah penduduk kita masih menang banyak dari gabungan jumlah penduduk negara matahari terbit dan gingseng. Dalam indikator populasi pesaing kita pun yang terdekat dan datang dari Asia hanyalah adalah India. 

Tapi kenapa kita bisa kalah jauh sama mereka? Sudah beragam orang dengan kemampuan akademis dan "ke-soktahuan-nya" mencoba menjawab pertanyaan abadi ini. Jawabannya beragam dari kualitas pemain kita yang memang memble, kualitas sarana dan prasarana sepak bola yang masih gitu-gituaja, hingga jawaban wajib para "ahli hisab" di pojok warung kopi bahwa sepak bola Indonesia yang sudah kadung terkena racun politik oleh pengurusnya.

Jika ditelusuri mungkin saya bisa menerbitkan buku yang berisi 1001 alasan kenapa sepak bola Indonesia gagal menatap Piala Dunia (hmm, idenya boleh juga!). Setiap lapisan masyarakat di Indonesia, mulai dari penjaga angkringan di sudut jalan Sosrowijayan Yogyakarta hingga mas-mas parlente yang nongkrong di kedai kopi mewah lan mahal di daerah Senopati pasti punya alasan yang menggambarkan kekecewaan tersendiri akan mandek-nya prestasi sepak bola kita di level itu-itu saja. 

Saya yakin kalau PSSI beserta jajarannya sudah lembur pagi siang malam memikirkan cara untuk membuat bendera merah putih berkibar di ajang empat tahunan sepak bola. Namun apa dikata, upaya mendatangkan pelatih asing kelas wahid macam Luis Milla juga belum (bukan engga) menghasilkan hasil manis yang membuat kita berhenti meringis plus menangis.

Saya sendiri, yang mempunyai "another world" sebagai seorang peneliti mempunyai alasan tersendiri kenapa sepak bola kita masih saja hanya dianggap sebagai teman bermain negara-negara besar. Toh, sah-sah saja saya berpendapat, namanya juga artikel. 

Bebas. Setelah saya amati dari hasil perbincangan lewat beragam diskusi mengenai sepak bola Indonesia, dan mata saya yang juga turut menyaksikan langsung, saya berani menyimpulkan bahwa sepak bola Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan Sport Science dalam perkembangan dan perjalanan sebuah tim sepak bola di dalam maupun luar lapangan. Lah, emang sebegitu pentingnya? Jawabannya penting melebihi yang anda dapat bayangkan!

Memang apa sih Sport Science? Jawabannya bukanlah ilmu yang mempelajari olahraga, layaknya sosiologyyakni ilmu yang mempelajari lingkungan sosial atau psychology sebagai ilmu yang mempelajari psikis manusia. 

Sport science lebih kepada memanfaatkan ilmu-ilmu yang telah ada sebelumnya untuk mengembangkan kemampuan olahraga (baik itu secara individual maupun kolektif). Let see, apa sih ilmu-ilmu yang ada dan bagaimana contohnya?

Yang paling mudah adalah, sebuah tim dapat menjadi kuat karena fisik individu dari masing-masing anggota tim juga kuat. Bagaimana supaya tahu dan awarehal tersebut? caranya adalah pendataan yang teratur akan kemampuan setiap individu dalam tim. Kelengkapan data mengenai kemampuan (misal shootingatau passing hingga tackling) seorang individu dalam setiap latihan atau pertandingan. 

Data yang ada diolah menjadi pegangan agar mengetahui kemampuan sang individu atau tim meningkat atau malah menurun. Angka tidak dapat berbicara namun dapat menjelaskan. Hal ini ditunjang oleh ilmu matematika dan statistik yang kuat. So, jangan salah kalau sepak bola juga membutuhkan matematika dan teman-temannya: fisika plus kimia.

Ilmu lain yang dapat masuk kedalam kategori Sport Science adalah ilmu gizi dan kesehatan. Lewat gizi yang tepat seorang individu dapat berkembang dengan cepat dan tepat serta dapat mengeluarkan kemampuannya dengan hebat. Jumlah asupan gizi dapat dituangkan dari jenis makanan maupun minuman yang masuk kedalam tubuh seorang pemain. 

Tidak sembarang makanan dapat dilahap oleh pemain sepak bola (yang benar). Rasanya mustahil melihat pemain sepak bola di Eropa atau Jepang makan "gorengan" di pinggir jalan dengan lahap. 

Selalu ada gizi dan kalori yang harus dihitung untuk mendapatkan tubuh sehat dan ideal untuk bermain setiap harinya. Kesehatan lain juga diperhatikan dari jumlah keringat yang keluar serta massa otot yang selalu dihitung agar menghasilkan tubuh yang tepat untuk bermain. 

Jangan salah, tinggi dan berat seorang pemain terkadang dapat menentukan kemenangan sebuah pertandingan sepak bola. Misalnya, sangat salah jika memilih kiper dengan kondisi badan yang gemuk. Atau striker yang terlihat gemuk hampir dipastikan akan sering kehilangan bola ketika adu sprint atau sekedar menunggu datangnya bola (i'm not talking about Gonzalo Higuain!). Jika seorang pemain dan pelatih maupun pengurus tim mengabaikan hal ini, bisa jadi rentetan kekalahan akan melanda didepan mata.

Ilmu lain yang menarik juga dan masuk kedalam ranah Sport Scienceadalah Psychology, yang mempelajari psikis seorang pemain yang akan turun dalam sebuah pertandingan. Ada tolak ukur khusus apakah seorang pemain layak secara mental untuk bermain selama 90 menit atau hanya layak turun di satu babak saja. Semuanya dapat dilihat dari pendekatan psikologi. 

Klub besar seperti Manchaster United sudah paham akan mpenggunaan psikolog dalam kegiatan sehari-hari klub. Ada alasan kenapa Jose Mourinho tidak akan secara otomatis memasang Jesse Lingaard terus menerus, walau di pertandingan sebelumnya dia tampil hebat dengan mencetak dua goal. Bisa aja dengan menahan Lingaard selama 65 menit, dia akan tampil ganas dan membuktikan dirinya di 25 menit sisa. Dan hal ini terus terbukti berhasil.

Ilmu komunikasi juga turut masuk dalam rangkaian Sport Science yang dapat mengangkat kehebatan sebuah tim. Lewat pemilihan agenda setting yang tepat sehingga memunculkan headline yang positif di beragam media juga mendukung kemampuan sebuah tim maupun individu untuk tampil maksimal. 

Adakalanya berita memberikan pengaruh yang siginifikan terhadap perjalanan karir dan penampilan seorang pemain sepak bola. 

Bayangkan jika sebuah tim selalu diberitakan bagus (bukan sempurna) ada kemungkinan seluruh elemen tim akan berusaha menjaga agar nuansa bagus tersebut terus berlanjut. Sebaliknya, jika media terus menerus menyorot keburukan sebuah tim maupun individu,hampir dapat dipastikan performa yang dihasilkan akan terganggu oleh "cerewetnya" media.

Nah, kembali ke pertanyaan di atas. Bagaimana di Indonesia? Apakah tim sepak bola kita sudah menggunakan Sport Science dalam perjalanannya? Jawabannya sudah namun belum maksimal. 

Hal ini dibuktikan dengan lahirnya lembaga statistik sepak bola seperti Lab bola, maupun sudah mulai ada beberapa klub sepak bola yang menghitung data statistik sendiri atau meng-hire seorang psikolog untuk mengetahui celah hati para pemainnya. 

Namun sekali lagi, semuanya belum maksimal. Di sisi inilah yang menjadikan kenapa negara kita kalah maju dengan Jepang maupun Korea selatan. Saya sempat mendengar sebuah cerita dari seorang teman saya, yang mengatakan bahwa ada pandangan mencolok ketika belum lama ini Indonesia muda melawan tim Jepang muda. Bukan dari hasil akhirnya. Tapi dari jumlah orang yang menjadi analis statistik pemain di lapangan. 

Tim Jepang membawa tujuh analis, sedangkan negara kita cukup membawa dua orang saja. Ironis bukan?. Itu adalah secuil bukti bahwa negara kita memang sudah aware dengan sport science. Sudah banyak juga penelitian asal peneliti Indonesia yang berkibar dalam confrence sport science level dunia yang menceritakan segala jenis ilmu yang dapat mengangkat derajat tim kita. Namun boro-boro menyimak, sepertinya para petuinggi masih menyimpan mental "gini aja bahagia".

Sir Issac Newton pernah mengatakan kalau ilmu adalah pemberian paling hebat dari Tuhan melebihi apapun. So, sangat disayangkan kalau ilmu yang berhasil diolah menjadi "sport science" tidak dimanfaatkan oleh negara kita, khususnya untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Please, jangan smapai Sport Science menjadi sunyi tak tersentuh dalam sepak bola Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun