Mohon tunggu...
Faridhian Anshari
Faridhian Anshari Mohon Tunggu... -

Seorang spectator sedari kecil yang "kebetulan" menjadikan sepakbola sebagai teman dan ramuan dalam eksperimen ajaibnya.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

"Sport Science" yang Kurang Tersentuh dalam Sepak Bola Indonesia

15 Maret 2018   23:39 Diperbarui: 16 Maret 2018   12:39 2155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: newmantuition.com

Tidak sembarang makanan dapat dilahap oleh pemain sepak bola (yang benar). Rasanya mustahil melihat pemain sepak bola di Eropa atau Jepang makan "gorengan" di pinggir jalan dengan lahap. 

Selalu ada gizi dan kalori yang harus dihitung untuk mendapatkan tubuh sehat dan ideal untuk bermain setiap harinya. Kesehatan lain juga diperhatikan dari jumlah keringat yang keluar serta massa otot yang selalu dihitung agar menghasilkan tubuh yang tepat untuk bermain. 

Jangan salah, tinggi dan berat seorang pemain terkadang dapat menentukan kemenangan sebuah pertandingan sepak bola. Misalnya, sangat salah jika memilih kiper dengan kondisi badan yang gemuk. Atau striker yang terlihat gemuk hampir dipastikan akan sering kehilangan bola ketika adu sprint atau sekedar menunggu datangnya bola (i'm not talking about Gonzalo Higuain!). Jika seorang pemain dan pelatih maupun pengurus tim mengabaikan hal ini, bisa jadi rentetan kekalahan akan melanda didepan mata.

Ilmu lain yang menarik juga dan masuk kedalam ranah Sport Scienceadalah Psychology, yang mempelajari psikis seorang pemain yang akan turun dalam sebuah pertandingan. Ada tolak ukur khusus apakah seorang pemain layak secara mental untuk bermain selama 90 menit atau hanya layak turun di satu babak saja. Semuanya dapat dilihat dari pendekatan psikologi. 

Klub besar seperti Manchaster United sudah paham akan mpenggunaan psikolog dalam kegiatan sehari-hari klub. Ada alasan kenapa Jose Mourinho tidak akan secara otomatis memasang Jesse Lingaard terus menerus, walau di pertandingan sebelumnya dia tampil hebat dengan mencetak dua goal. Bisa aja dengan menahan Lingaard selama 65 menit, dia akan tampil ganas dan membuktikan dirinya di 25 menit sisa. Dan hal ini terus terbukti berhasil.

Ilmu komunikasi juga turut masuk dalam rangkaian Sport Science yang dapat mengangkat kehebatan sebuah tim. Lewat pemilihan agenda setting yang tepat sehingga memunculkan headline yang positif di beragam media juga mendukung kemampuan sebuah tim maupun individu untuk tampil maksimal. 

Adakalanya berita memberikan pengaruh yang siginifikan terhadap perjalanan karir dan penampilan seorang pemain sepak bola. 

Bayangkan jika sebuah tim selalu diberitakan bagus (bukan sempurna) ada kemungkinan seluruh elemen tim akan berusaha menjaga agar nuansa bagus tersebut terus berlanjut. Sebaliknya, jika media terus menerus menyorot keburukan sebuah tim maupun individu,hampir dapat dipastikan performa yang dihasilkan akan terganggu oleh "cerewetnya" media.

Nah, kembali ke pertanyaan di atas. Bagaimana di Indonesia? Apakah tim sepak bola kita sudah menggunakan Sport Science dalam perjalanannya? Jawabannya sudah namun belum maksimal. 

Hal ini dibuktikan dengan lahirnya lembaga statistik sepak bola seperti Lab bola, maupun sudah mulai ada beberapa klub sepak bola yang menghitung data statistik sendiri atau meng-hire seorang psikolog untuk mengetahui celah hati para pemainnya. 

Namun sekali lagi, semuanya belum maksimal. Di sisi inilah yang menjadikan kenapa negara kita kalah maju dengan Jepang maupun Korea selatan. Saya sempat mendengar sebuah cerita dari seorang teman saya, yang mengatakan bahwa ada pandangan mencolok ketika belum lama ini Indonesia muda melawan tim Jepang muda. Bukan dari hasil akhirnya. Tapi dari jumlah orang yang menjadi analis statistik pemain di lapangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun