Ada yang aneh dengan jam 9 malam.
Secara teknis, itu sudah masuk waktu istirahat. Kegiatan hari sudah usai, notifikasi pekerjaan sudah seharusnya berhenti, dan tubuh mulai sinyal-sinyal minta rebahan.Â
Malahan kepala ini... masih sibuk mikir. Tentang pekerjaan yang belum kelar, tentang deadline yang makin dekat, bahkan tentang hal-hal yang baru akan terjadi minggu depan.
Dan parahnya, kadang overthinking-nya bukan soal kerjaan. Tapi soal hal-hal absurd seperti, "Tadi aku terlalu keras ngomongnya, gak ya?" atau "Kenapa tadi manajer mukanya kayak gak suka, ya?"
Jam 9 malam adalah waktunya kita should be relaxing, tapi otak justru kayak naik treadmill. Nggak berhenti muter, padahal kita sendiri udah lelah.
Kenapa Kita Susah Tenang di Malam Hari?
Rasanya seperti tubuh dan pikiran tidak sinkron. Badan pengin rebahan, pikiran malah nyetel mode kerja lembur. Hal ini sering terjadi karena kita terbiasa menunda memproses perasaan dan stres sepanjang hari. Kita terlalu fokus pada to-do list, rapat, dan notifikasi. Begitu semuanya diam, suara di kepala baru mulai ramai.
Dan buat banyak orang kantoran, malam adalah satu-satunya waktu yang "bebas". Tapi sayangnya, waktu bebas ini bukan dimanfaatkan untuk healing, melainkan review maraton isi kepala: dari laporan keuangan, hasil evaluasi, sampai mikir "kalau resign sekarang, cukup gak ya tabungannya?"
Ini bukan salah siapa-siapa. Dunia kerja sekarang menuntut kita untuk selalu on, bahkan di luar jam kerja. Apalagi kalau kamu termasuk orang yang peduli sama kualitas kerja, tekanan untuk tampil profesional justru datang dari dalam diri sendiri.
Ketika Tidur Tidak Lagi Jadi Solusi