Apalagi di era digital seperti sekarang, belajar skill baru tidak butuh waktu bertahun-tahun, tapi kemauan, dukungan, dan media belajar yang tepat.
Sama halnya dengan komunikasi di tempat kerja. Kalau sistem internal masih menormalkan user yang tidak mau membimbing, lalu menyalahkan anak baru karena “gak ngerti-ngerti juga,” maka problemnya bukan di generasi pekerjanya, tapi di sistem kerja dan cara komunikasi yang belum berkembang.
Perusahaan harus mengevaluasi, apakah budaya organisasinya sudah cukup mendukung pertumbuhan talenta karyawan baru?
Syarat minimal 2 tahun bisa jadi tetap relevan dalam konteks tertentu, tapi tidak seharusnya menjadi tembok yang membatasi potensi.
Mungkin yang perlu dibangun bukan filter angka, tapi ruang dialog. Bukan cuma mencantumkan syarat di lowongan kerja, tapi juga membuka ruang untuk mendengar pengalaman dan cerita di balik angka-angka itu.
Sebelum menuliskan syarat “minimal 2 tahun,” mungkin ada baiknya perusahaan bertanya: apakah kami sudah memberi cukup ruang untuk berkembang, atau hanya menuntut tanpa membimbing?
Sebab loyalitas bukan saja target perusahaan, tapi hasil dari hubungan yang saling menghargai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI