Nyaris dari semua perusahaan saya menemukan lowongan kerja yang cukup menarik.
Posisinya sesuai, gajinya lumayan, tapi ada satu syarat yang membuat saya mengernyit “Minimal pengalaman kerja 2 tahun di posisi yang sama.”
Satu kalimat sederhana, tapi dampaknya dalam. Pertanyaannya reflektif yang timbul di benak saya, apakah pengalaman harus selalu diukur dengan angka tahun?
Dalam dunia kerja yang terus bergerak cepat, tuntutan agar kandidat punya "minimal dua tahun" di satu posisi terasa seperti syarat kuno yang masih dipertahankan hanya demi kesan loyalitas.
Padahal, tidak semua pengalaman dua tahun itu berarti seseorang paham betul pekerjaannya. Sama seperti tidak semua hubungan lama itu bahagia.
Pengalaman yang Dianggap Sah, Tapi Belum Tentu Dalam
Syarat minimal 2 tahun sering diasumsikan sebagai bukti bahwa seseorang telah cukup “matang” di satu bidang.
Padahal, tidak jarang seseorang hanya melakukan pekerjaan yang sama berulang tanpa eksplorasi baru.
Sebaliknya, banyak pekerja muda yang justru cepat belajar dan adaptif. Sayangnya, mereka tersingkir di tahap awal hanya karena baru 1 tahun 8 bulan di kantor sebelumnya.
Hal ini tentu semakin menyulitkan bagi para fresh graduate atau pekerja muda di bawah usia 24 tahun.