Beberapa hari lalu saya mendengar kabar bahwa salah satu karyawan di tempat kerja memilih pindah.
Bukan karena konflik atau rasa tidak nyaman, tapi karena keinginannya untuk berada di level karier yang berbeda. Ia berpindah dari posisi barista di kafe tempat saya bekerja ke tempat lain dengan posisi yang berbeda dari sebelumnya.Â
Ini adalah hal mengejutkan, tetapi tetap menyentuh. Di balik kerjanya yang ulet, ternyata ada keinginan besarnya untuk berkembang dan mencoba sesuatu yang lebih menantang.
Keputusan itu tentu tidak mudah. Di tempat lama, ia sudah merasa nyaman. Lingkungan kerja yang suportif, ritme kerja yang sudah dikuasai, dan hubungan yang baik dengan atasan serta rekan kerja membuatnya seperti berada di rumah sendiri.Â
Namun justru dari kenyamanan itulah muncul satu pertanyaan yang mengusik, "Apa saya akan selamanya di sini?" Dari pertanyaan itu, ia menyadari bahwa untuk tumbuh, ia harus keluar dari zona aman.
Zona nyaman bisa menenangkan, tetapi juga membatasi
Banyak dari kita terjebak dalam kenyamanan yang sebenarnya membatasi ruang gerak. Kita merasa aman karena semuanya terasa familiar.Â
Tanggung jawab tidak berubah dan kita tahu cara menghadapi tantangan yang datang. Namun di saat bersamaan, kita tidak berkembang.Â
Keterampilan stagnan, peluang untuk naik level hampir tidak ada, dan mimpi yang dulu pernah dibawa perlahan disimpan kembali dalam kotak yang diberi label nanti saja.
Karyawan yang saya temui itu memilih untuk tidak menunggu. Ia tahu bahwa bertahan di zona nyaman hanya akan membawanya pada rutinitas yang sama.
Keinginannya untuk berbeda di level jabatan bukan hanya karena ambisi, tetapi juga karena kebutuhan untuk merasa bahwa dirinya sedang bertumbuh.
Kadang perubahan tidak datang dari sistem. Perubahan dimulai dari keberanian pribadi untuk melangkah lebih jauh dan mengambil risiko.
Keputusan untuk pindah tempat kerja demi jabatan yang lebih tinggi sering kali dianggap sebagai bentuk ketidaksetiaan.Â
Namun apakah loyalitas berarti menahan diri dari berkembang? Menurut saya, justru kita harus terlebih dahulu loyal pada diri sendiri.Â
Pada potensi, pada keinginan untuk belajar, dan pada hak untuk terus maju. Dunia kerja yang sehat seharusnya memberi ruang untuk itu. Bukan membuat karyawan merasa bersalah hanya karena ingin menjadi lebih baik.
Mendefinisikan ulang arti sukses bagi diri sendiri
Kisah seperti ini membuat saya berpikir ulang tentang bagaimana kita mendefinisikan kesuksesan.
Dulu mungkin kita diajari untuk bertahan di satu tempat selama mungkin. Membentuk karier dari bawah secara perlahan dan stabil.Â
Namun kini, banyak anak muda melihat kesuksesan bukan hanya tentang bertahan, melainkan tentang bergerak. Tentang seberapa banyak mereka bisa belajar, berkembang, dan merasa dihargai secara profesional.
Memilih pindah karena ingin naik level bukan berarti tidak bersyukur. Justru itu bentuk dari penghargaan terhadap potensi diri.
Kadang kita perlu ruang yang lebih besar agar bisa tumbuh lebih tinggi. Dan ruang itu tidak selalu tersedia di tempat yang sekarang.
Pindah kerja tentu bukan solusi instan. Tantangan baru pasti akan datang dan tidak selalu lebih mudah.
Tetapi keberanian untuk berpindah meninggalkan zona nyaman adalah langkah awal dari transformasi pribadi dan profesional. Itu cara seseorang menyampaikan kepada dirinya sendiri bahwa ia ingin lebih.
Melihat karyawan itu pergi dengan semangat baru, saya tidak melihat kepergian. Saya melihat dia ingin bertumbuh.
Ia mungkin bukan lagi bagian dari tim kami, tetapi ia tetap menjadi bagian dari cerita tentang bagaimana keberanian kecil bisa mengubah arah hidup seseorang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI