Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Takut Dikritik? Begini Cara Gen Z Menghadapinya di Dunia Kerja

27 Maret 2025   13:22 Diperbarui: 27 Maret 2025   13:22 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menerima Kritik (Sumber: Unsplash)

Dalam dunia kerja, menerima kritik dan feedback (saran) adalah bagian yang tak terhindarkan. 

Bagi sebagian besar generasi Z, kritik sering kali terasa lebih dari sekadar masukan. Banyak yang menganggapnya sebagai sesuatu yang menyerang harga diri. 

Hal ini menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam komunikasi horizontal di lingkungan kerja. Apa yang menyebabkan fenomena ini dan bagaimana cara mengatasinya?

Banyak Gen Z tumbuh di era yang sangat memperhatikan kesehatan mental dan self-worth. Narasi tentang pentingnya menghargai diri sendiri dan membangun kepercayaan diri memang positif. 

Terkadang, hal ini tanpa disadari membuat seseorang lebih defensif terhadap kritik. Bukan berarti Gen Z tidak ingin berkembang. Banyak yang merasa bahwa kritik langsung adalah tanda bahwa mereka gagal atau tidak cukup baik.

Selain itu, kebiasaan berkomunikasi secara digital juga berpengaruh. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang terbiasa dengan interaksi langsung dan diskusi terbuka, Gen Z lebih akrab dengan komunikasi berbasis teks. 

Mereka memiliki waktu untuk menyusun respons yang lebih terkontrol. Ketika menerima feedback secara spontan di lingkungan kerja, mereka bisa merasa tidak siap dan cenderung defensif.

Mengapa Feedback Penting dalam Dunia Kerja?

Feedback bukan hanya sekadar kritik, tetapi juga alat untuk meningkatkan kinerja dan membangun lingkungan kerja yang lebih produktif. 

Ketika seseorang dapat menerima masukan dengan baik, peluang untuk berkembang semakin besar. Perusahaan juga lebih mudah mengidentifikasi potensi karyawan dan membantu mereka mencapai hasil yang lebih optimal. 

Dengan memahami bahwa feedback adalah bagian dari proses belajar, Gen Z dapat lebih terbuka dalam menerimanya tanpa merasa terancam.

Saat menerima kritik, penting juga untuk mengelola respons emosional agar tidak langsung merasa tersinggung atau terpuruk. Salah satu cara efektif adalah dengan mengambil jeda sejenak sebelum memberikan reaksi. 

Mendengarkan dengan saksama tanpa langsung menyela juga dapat membantu memahami maksud dari feedback yang diberikan. Selain itu, mengajukan pertanyaan klarifikasi bisa menjadi langkah yang baik untuk memastikan bahwa kritik tersebut dapat diterima dan diolah dengan lebih objektif.

Membangun Pola Pikir yang Lebih Terbuka

Mengubah cara pandang terhadap kritik adalah langkah pertama. Alih-alih melihatnya sebagai sesuatu yang menjatuhkan, feedback sebaiknya dipandang sebagai alat untuk berkembang. 

Tidak semua kritik bersifat negatif. Banyak di antaranya justru diberikan dengan niat membantu. Mempraktikkan pemisahan antara diri pribadi dan performa kerja bisa membantu agar tidak terlalu emosional saat menerima masukan.

Membangun kebiasaan untuk meminta feedback juga dapat menjadi latihan yang efektif.

Ketika seseorang terbiasa menerima kritik dalam porsi kecil secara berkala, lama-kelamaan sensitivitas terhadapnya akan berkurang. Ini juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih terbuka dan kolaboratif.

Gen Z memiliki banyak potensi untuk berkembang di dunia kerja. Salah satu keterampilan yang perlu diperkuat adalah bagaimana menerima kritik dengan kepala dingin. Dengan pola pikir yang lebih terbuka dan pendekatan yang lebih fleksibel, kritik bukan lagi sesuatu yang menakutkan, melainkan peluang untuk menjadi lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun