Mohon tunggu...
Tesalonika Hsg
Tesalonika Hsg Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Kita Cenderung Menunggu Sesuatu Yang Tidak Pasti?

24 Februari 2025   12:00 Diperbarui: 24 Februari 2025   09:39 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu Kabar (Sumber: Unsplash)

Apakah Anda pernah menunggu seseorang yang katanya akan berubah, tapi ternyata tidak berubah juga? Atau mungkin menanti kepastian dari seseorang yang bahkan tidak yakin dengan dirinya sendiri? 

Banyak orang terjebak dalam situasi ini. menunggu sesuatu yang tidak pasti dengan penuh harapan dan sedikit kebingungan.

Coba kita analogikan harapan itu seperti WiFi gratis di tempat umum. Kadang ada sinyalnya, tapi lemotnya luar biasa. Kita memilih untuk tetap bertahan karena berpikir, "Ah, sebentar lagi mungkin bakal lancar." 

Begitu pula dengan harapan dalam hubungan atau keputusan hidup. Otak manusia dirancang untuk optimis, karena tanpa harapan, manusia tidak akan pernah maju. 

Sayangnya, harapan ini sering kali membuat seseorang bertahan dalam situasi hubungan yang seharusnya sudah ditinggalkan.

Mengenali Efek Sunk Cost Fallacy: Sudah Terlanjur Investasi Waktu dan Emosi

Salah satu alasan utama kita bertahan dalam ketidakpastian adalah efek sunk cost fallacy. Ini adalah jebakan psikologis di mana seseorang merasa harus terus bertahan karena sudah menginvestasikan banyak hal: waktu, tenaga, maupun air mata. 

Contohnya, “Saya sudah tiga tahun sabar menunggu dia sadar, lalu tiba-tiba saya menyerah? Sayang sekali.” Justru pola pikir seperti inilah yang membuat kita sulit untuk lepas. 

Faktanya semakin lama bertahan di sesuatu yang tidak jelas, semakin banyak waktu dan energi Anda yang terbuang.

Faktor Sosial dan Komunikasi: Tekanan dari Lingkungan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun