Apakah pola itu kini berulang? Presiden tengah mengusut jaringan minyak hitam, lalu muncul gelombang chaos yang bisa saja berujung pelengseran. Kalau itu terjadi, kasus berhenti, mafia tertawa, dan rakyat kehilangan lagi Rp285 triliun yang mestinya jadi hak mereka.
Jangan Terjebak Skandal Pengalihan
Rakyat memang punya alasan marah, hidup semakin berat, harga melonjak, pekerjaan susah. Tetapi jangan biarkan kemarahan itu ditunggangi. Jangan biarkan mafia migas berlindung di balik asap ban terbakar.
Kerusuhan mungkin merugikan rakyat dalam jangka pendek. Tapi kerugian terbesar justru jika kita lupa pada kasus inti: pembantaian ekonomi bangsa oleh mafia minyak.
Mereka bukan hanya merampok uang negara, tapi juga merampas masa depan generasi berikutnya. Dan setiap kali ada upaya membongkar mereka, selalu saja ada "peristiwa besar" yang mengalihkan perhatian. Kebetulan? Atau skenario?
Kerusuhan ini memang bising, tapi jangan biarkan kebisingannya menenggelamkan skandal Rp285 triliun. Kalau publik lengah, mafia migas kembali menang.
Mereka sudah kenyang berpesta. Saatnya rakyat sadar: musuh utama bukan di jalanan, melainkan di ruang gelap mafia yang menjarah energi bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI