Mohon tunggu...
Teguh Yuswanto
Teguh Yuswanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Suka belajar hal baru

jurnalis dan penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setelah Tujuh Tahun (2)

19 Februari 2019   18:33 Diperbarui: 19 Februari 2019   18:38 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kata ayahku, menaklukan hati wanita itu mudah. Yang penting mengerti cara berpikir wanita. Wanita itu sangat berbeda dengan laki-laki.  Wanita  inginnya segala sesuatu telah disiapkan jauh-jauh hari.

Bahkan dipikirkan secara detil hal-hal yang belum terjadi. Sebagai contoh, jika ingin  jalan-jalan ke luar kota, misalnya, jauh hari sebelum berangkat, wanita  memikirkan  kendaraan yang dipakai, lewat mana, bekal yang dibawa, menginap di mana,  makan apa dan segala hal pernak-pernik yang berkaitan dengan bepergian. Dan inginnya semua yang ada di rumah dibawa untuk bekal.

Wanita mengkhawatirkan segala hal yang ada di depan. Sebaliknya laki-laki  berbanding terbalik dengan wanita. Intinya bagaimana nanti saja. Semua bisa diatasi asal ada uang.   

Bagi wanita, uang saja tidak cukup. Wanita butuh merasa nyaman terhadap lingkungannya. Wanita selalu bertanya, nanti bagaimana? Tapi laki-laki selalu menjawab, bagaimana nanti saja.

Sejak perkenalan itu, aku dan Anin makin akrab. Barangkali karena mempunyai minat yang sama. Aku suka musik, dia pun suka. Tapi aku menduga, yang membuat kami cocok, karena aku lebih banyak mendengarkan.  Sementara dia lebih suka bicara. Apa saja ingin diceritakan. Dan sepertinya tidak pernah kehabisan bahan untuk bicara. Dia  suka sastra. Aku pun begitu. Kadang diskusi soal karya -- karya  WS Rendra, Rumi, Iqbal,  ataupun Attar.

Dengan banyaknya waktu yang dihabiskan bersama, sebenarnya bisa dijadikan ukuran ketertarikannya  padaku. Tapi aku terlanjur meyakini, aku kurang beruntung dalam urusan asmara. Lebih baik, aku pendam perasaan ini. Biarlah Anin menganggap aku tak memiliki ketertarikan.

Tapi aku bersedia menemani kemana pun dia pergi. Lama kelamaan kami jadi sangat akrab. Pernah satu hari, Anin muncul sambil membawa  kue bolu.

" Halo Mas, ini aku bawa kue. Ini aku masak sendiri lho. Cobain ya, " kata Anin manja.

Dalam sekejap kue itu ludes. Maklum anak kost. Selanjutnya kami ngobrol berdua.

"Mau ada pertunjukan teater. Kita nonton yuk," ajak aku padanya.

"Ayuk, aku juga suka teater," balas Anin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun