Cerai (Talaq)
Cerai itu diperbolehkan, tapi sifatnya opsi terakhir banget. Dalam syariah, ada prosedur jelas kayak talak raj'i (masih bisa rujuk) sama talak ba'in (final). Di zaman sekarang, banyak negara Islam masukin prosedur mediasi biar nggak sembarangan cerai, dan yang paling penting: hak perempuan serta anak tetap dijaga.
Hak Asuh Anak (Hadhanah)
Setelah cerai, ini yang paling ribet biasanya: siapa yang ngasuh anak? Prinsipnya sih, yang utama itu kepentingan terbaik anak. Dulu biasanya anak kecil otomatis ikut ibu, sementara ayah wajib kasih nafkah. Tapi sekarang makin banyak faktor dipertimbangin, kayak kesiapan mental, kondisi finansial, sampai lingkungan tempat anak tumbuh.
Waris (Faraidh)
Nah, ini bagian yang super detail. Qur'an sendiri udah ngasih porsi jelas buat ahli waris: anak, orang tua, pasangan. Ada hitungannya sendiri, jadi nggak bisa asal bagi. Walau gitu, masih ada ruang buat wasiat---misalnya, sebagian harta bisa dialihin buat amal atau orang yang nggak masuk daftar ahli waris.
Modernisasi & Tantangan
Sekarang tantangannya gede banget: gimana caranya ngawinin (hehe, maksudnya menggabungkan) aturan syariah yang udah ada sejak berabad-abad lalu dengan hukum modern.
Beberapa negara udah bikin reformasi, misalnya naikin usia minimum nikah, batasi poligami, atau kasih akses lebih luas buat istri gugat cerai.
Tapi ada juga perdebatan sengit: sebagian kelompok dorong interpretasi syariah yang lebih progresif dan sesuai tuntutan zaman, sementara sebagian lagi keukeuh dengan tafsir klasik.
Jadinya, hukum keluarga di dunia Islam itu dinamis banget. Nggak bisa dipukul rata, karena tiap negara punya kombinasi unik antara syariah, hukum nasional, dan realitas sosial mereka.
Jadi, kalau mau ngerti hukum keluarga di negara-negara Islam, kita harus lihat dari dua sisi:
sisi tradisi syariah yang udah rapi dari dulu,
sama sisi modernisasi yang bikin hukum ini terus berkembang.