Danuarta menyerahkan rontal itu kepada Ki Jagabaya. Ki Jagabaya lalu membacanya, dan dari raut wajahnyaterpancar kecemasan.
“Apa isi rontal itu Ki Jagabaya?” kata Ki Demang tak sabar.
“Saat purnama naik beberapa hari lagi, kita harus segera menyerahkan tebusan itu!”
“Dan acara penyerahan itu, sedianya akan dilakukan di bulak panjang!” berkata Ki Jagabaya.
Ki Demang menundukkan kepala dalam-dalam, seperti berputus asa mendengar isi lontar yang dibacakan Ki Jagabaya.
Ki Bekel yang ikut merasakan kesulitan Ki Demang berkata, “apakah Ki Demang sudah mempunyai 10 ekor lembu yang dipersyaratkan itu?”
“Belum Ki Bekel, aku hanya mempunyai 5 ekor lembu saja,” jawab Ki Demang.
“Apakah kita perlu menukar sisanya dengan persediaan lumbung padi kademangan?” kata Ki Bekel.
“Tidak perlu Ki Bekel! Itu adalah milik rakyat kademangan, yang dibutuhkan disaat-saat mendesak. Aku tidak maumencampur adukkan kepentingan pribadiku dengan kepentingan rakyatku.”
Semuanya terdiam, seperti berpikir mencari jalan keluar yang terbaik, tanpa merendahkan harga diri Ki Demang.
Kuntara yang sedari tadi terdiam mencoba mengutarakan pendapat, “mohon maaf Ki Demang, seandainya akuboleh berbicara.”