Mohon tunggu...
tri prabowo
tri prabowo Mohon Tunggu...

Engineer PLC, lagi belajar nulis, Hobi Cersil, sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Serial: Andaru Wijaya [10]

18 Juni 2016   18:57 Diperbarui: 18 Juni 2016   19:04 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raden Ayu mengangguk-angguk, wajahnya tampak letih, Wijaya menyarankan agar Raden Ayu beristirahat.Hari menjelang sore Wijaya mohon diri untuk pulang, Kinasih mengucapkan terimakasih, sambil terisak air matanya menetes.

Sore itu Wijaya tidak langsung pulang kerumahnya, sesuai saran pamannya, agar Wijaya bergaul dengan pemuda didesanya, Wijaya berkunjung kerumah Sudira, tampak rumah yang tidak begitu luas dengan taman yang tampak asri ditumbuhi kembang sepatu, mawar dan tanaman pagar lainnya.
 Wijaya mengetuk pintu dan mengucapkan salam, ketika ia menoleh kesudut halaman terltihat seorang perempuan dan anak kecil sedang memetik beberapa jenis bunga, ketika ia melihat Wijaya ia langsung menarik anak itu dan hilang dari pandangan karena berjalan kearah samping rumah itu. Setelah beberapa kali mengetuk, akhirnya pintu itu berderit dan tampaklah seorang lelaki berkumis tebal dan berdada bidang menatap curiga.
 "Siapa kau kisanak..?"
 "Aku Wijaya kisanak..,aku..,"kata-kata wijaya terpotong suara keras dari dalam rumah.
 "Masuklah Wijaya,aku memang sudah menunggumu,"jawab suara itu.
 Kemudian lelaki berkumis tebal itu membuka pintunya lebar-lebar, tampaklah Sudira menghampirinya.
 "Perkenalkan ini kakak iparku, kakang Rukmana."
 Wijaya mengulurkan tangannya, tetapi lelaki yang berkumis lebat itu acuh tak acuh dan langsung bergegas keluar.
 "Sudira..!, katakan kepada kakakmu aku ada keperluan diluar,"berkata lelaki yang berkumis lebat dan bernama Rukmana.
 "Ayo Wijaya masuklah, jangan hiraukan kakak iparku itu."
 "Terimakasih Sudira.."
 Wijaya dan Sudira bergegas masuk, sementara kakak ipar tidak menghiraukan tamunya langsung pergi keluar halaman.Setelah menanyakan kabar masing-masing, mereka lalu berbincang.
 "Kau tinggal bersama siapa Sudira ?"
 "Aku tinggal bersama kakak iparku dan suaminya yang tadi, juga seorang anaknya."
 "Halaman rumahmu tampak asri dengan bermacam bunga ditaman,"Wijaya berkata sambil melihat keluar jendela.
 "Kakak perempuanku itu seorang penari tayub, jadi ia menanam kembang untuk diambil bunganya, sebagai pelengkap siraman sebelum pentas."
 Tiba-tiba muncul wanita menyuguhkan minuman hangat, wanita berkulit bersih dan mata yang bulat, tubuhnya padat berisi, tampak cantik dengan dagu yang lancip.
 "Nah ini dia kakakku.."
 "Perkenalkan mbok ayu Laksmi, ini Wijaya temanku kemenakan Ki Kerta."
 Wanita yang dipanggil itu menunduk hormat, lalu meninggalkan Sudira dan Wijaya, tetapi Wijaya masih menatap laksmi yang berlalu dari ruangan itu, Wijaya sempat terpaku melihat paras ayu adik Sudira yang bernama laksmi itu, tetapi suara sudira membuyarkannya.
 "Ia adalah istri kakang Rukmana..!"
 "Oh..,"Wijaya tersentak.
 Lalu mereka berbincang sambil meminum minuman hangat, Wijaya menceritakan pekerjaan sehari-hari, bahwa ia seorang blantik yang mengambil untung dari menawarkan sapi milik orang lain, ia menjadi blantik dipasar Jatisarana.
 "Besok malam akan ada pertunjukan tayub di Ngentak, jika kau mau besok sore kau bisa datang, ada seorang saudagar di dusun itu ingin mengadakan keramaian,"Sudira berkata.
 "Oh tentu mudah-mudahan aku ada keluangan waktu besok,"Wijaya menjawab.
 Setelah berbincang beberapa saat akhirnya Wijaya mohon diri, saat sampai dihalaman seorang anak kecil berlari menabrak Wijaya.
 "Maaf kakang aku tidak sengaja."
 "Tidak apa-apa anak pintar.., kau sedang mengejar apa ?
 "Burung merpatiku lepas kakang.."
 "Baik kapan-kapan aku bawakan sepasang merpati, siapa namamu?"
 "Namaku Danang paman.."
 Tampak dari samping rumah laksmi ibu anak itu diam-diam memperhatikannya, Wijaya menepuk pundak anak itu lalu meninggalkan rumah itu.
 Sesampainya dirumah Wijaya masih sempat berbincang dengan paman dan bibinya di kebun belakang, ia menceritakan perihal kunjungannya kerumah Sudira.
 "Laksmi adalah anak pertama Ki Prana, waktu itu ia sakit keras dan tidak sanggup bekerja di ladang, sedangkan Rukmana yang sekarang suami laksmi adalah kepala dusun Ngentak yang sudah beristri,waktu itu Rukmanalah yang membantu pengobatan Ki Prana sekaligus menyediakan kebutuhan sehari-hari keluarga Ki Prana,"Ki Kerta menjelaskan, lalu menarik nafas panjang melanjutkan ceritanya.
 "Tetapi ternyata dibalik kebaikannya itu tersimpan pamrih, setelah sakitnya tak kunjung sembuh dan ia sudah mengeluarkan biaya untuk perawatan dan kebutuhan hidup keluarga itu, ia meminta kepada Ki Prana untuk membayar semua itu dengan rumah yang dimilikinya.

"Ia menolak karena itu rumah satu-satunya yang ia miliki, lalu Rukmana menawarkan bagaimana kalau ia menikahi putrinya, dengan kesepakatan hutangnya lunas, tidak ada jalan lain ia pun menyanggupinya dengan berat hati.

 "Bagaimana dengan Sudira paman ?"Wijaya bertanya.

 "Ia tidak berdaya, karena ia yang meminta Rukmana untuk memberi bantuan kepadanya, ia sebagai blantik bekerjasama dengan Rukmana sebagai pembelinya, karena ia memiliki harta yang banyak, Rukmana adalah peternak sekaligus pedagang."

 "Laksmi mulanya adalah penari keraton, ketika ayah dan ibunya menjadi abdi dalem pada seorang pangeran, ketika istrinya meninggal ia memilih kembali ke kampungnya untuk bertani."

 Sewaktu menari di keraton ia sangat terkenal selain karena parasnya yang ayu juga pandai dan luwes menari, ia dijuluki Sekar Gandes, hingga suatu saat ada seorang pangeran yang menikahinya dan menjadikannya garwa ampeyan atau selir, ketika ia mengandung anaknya, suaminya ditugaskan menyerang kumpeni di pesisir utara jawa, pasukannya kalah karena penyerbuan itu sudah diketahui pihak lawan."

 "Laksmi menjadi murung, karena suaminya tidak kembali dan tidak ada kabar ia gugur atau masih hidup, ditengah kesedihan itulah, ia mendengar ayahnya di kampung sakit-sakitan dan akhirnya ia memilih meninggalkan Kotaraja untuk merawat ayahnya,"pamannya mengakhiri ceritanya.

 "Menyedihkan sekali paman.."

 "Begitulah ngger.., hari sudah larut mari kita beristirahat,bukankah besok kau harus melaksanakan tugas-tugasmu ?"

 "Baik paman,"Wijaya menjawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun