Anginnya mulai menyentak ke sembilu tubuh. Berderak tulang, berdiri di atas dermaga. Tak ada cerita burung camar dan kelelawar senja.
Kota kota telah terbakar. Aku sendiri. Membuat jarak. Menebak nebak wajah senja. Ingin aku lambaikan tangan pada kekasih. Kisah laut telah menyatukan kami.
Dan hari hari menjadi larut. Lalu senja tetap tampak di ufuk. Hingga malam beranjak ke tepian sepi.
Baca juga: Senja di Perbatasan
Baca juga: Senja di Tikungan
Baca juga: Senja di Taman
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!