Nyanyi Ombak
Dari dadanya gemuruh meledak. Di antara siklus purnama dan angin musim. Jejak jejak kecil yang hilang di tepian pantai. Ombak membawa hempas. Rebah-rela dan hening.
Nyanyi ombak membelah celah celah kota. Mengisi ruang ruang kosong posmodernisme.Â
Dan aku melihat ombak ombak yang saling kejar. Menembus  dinding dinding kaca. Memecah suara suara pabrik baja. Dan selalu ada kesibukan di layar layar maya.
Dari dadanya pula, Â gemuruh meledak. Terkadang, seakan ombak ombak yang bergerak itu selalu meledekku: sambil berkata: Hai. Mari menari!