Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyanyi Ombak

19 Mei 2023   17:41 Diperbarui: 19 Mei 2023   17:50 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Nyanyi Ombak

Dari dadanya gemuruh meledak. Di antara siklus purnama dan angin musim. Jejak jejak kecil yang hilang di tepian pantai. Ombak membawa hempas. Rebah-rela dan hening.

Baca juga: Ayat Ombak

Nyanyi ombak membelah celah celah kota. Mengisi ruang ruang kosong posmodernisme. 

Dan aku melihat ombak ombak yang saling kejar. Menembus  dinding dinding kaca. Memecah suara suara pabrik baja. Dan selalu ada kesibukan di layar layar maya.

Dari dadanya pula,  gemuruh meledak. Terkadang, seakan ombak ombak yang bergerak itu selalu meledekku: sambil berkata: Hai. Mari menari!

Baca juga: Catatan Ombak

Baca juga: Ombak

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun