Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Biarlah, Bila Kau Sebut Puisi sebagai Pelarian

14 Maret 2023   14:20 Diperbarui: 14 Maret 2023   14:40 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku telah memulainya dari daun sejarah yang muda dan anggun. Dalam bening matahari sebelum kemarau yang berat.

Lalu puisi puisi ini menjadi hujan. Hujan yang kadang syahdu dan lembut. Dan kadang pula ngilu dan perih.

Di sini segenap pikiran berkumpul. Mencerna  kompleksitas hidup dalam himpitan himpitan kulutural dan definisi sukses.

Aku percaya pasa puisi yang didengungkan oleh Iqbal di Pakistan, atau Rendra. Atau Sapardi dan Emha. 

Bahwa puisi adalah sebuah jalan. Sebuah jawaban. Setitik cahaya bagi yang menatap rupanya.

Entah engkau menyebutnya apa. Puisi tetap ada saat ia dituliskan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun