Aku menemukan wajahku. Di antara deretan wajah wajah yang dipajang di terotoar kota.
Fragmen fragmen kebisuan telah terlewatkan. Wajahku adalah sisa rintik hujan sebelum badai besar yang menyergap  kemudian.
Senja menyingkap rupa baru dalam zaman yang berasap dan diselubung maya. Ada paradoks antara realitas yang tampak. Ufuk sang jiwa mesti mencernanya agar tak menimbul luka.
Baca juga: Senja yang Tabah
Baca juga: Senja yang Pasrah
Baca juga: Jejak Tikus
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!