Pagi waktu yang cemburu,  atau pada malam yang  cemberut,  secangkir kopi membawamu ke ladang. Ke lahan lahan perkebunan kopi, tinggi dan sejuk.Â
Engkau masih mendengar suara sendok yang beradu dengan gelas. Engkau mengaduk sajian kopimu dengan tenteram dan khusuk.Â
Suara kopi yang diseruput itu seperti tarikan kemenangan para petani di musim panen, produksi meningkat dan ekspor berkembang.Â
Engkau terdiam di ujung cangkir. Saat sang istri menggedor gedor kepalamu. Dia membayar sisa hutang kemarin dan mengajakmu pulang.Â