Kecerdasan dan Eksistensi
1//
kecerdasan bukanlah gagasan,
peradaban materiil menjadikannya
seperangkat gagasan dalam skala
dan acuan pengukuran. dan itu diperlukan, sebatas inderawi, Â sebatas capaian materi, yang temporari, Â relatif
dan kadang destruktif.
jebakan IQ yang bertahan ratusan tahun atas pengukuran kognisi matematis-numerik, (awal mula digunakan untuk tes tentara) Â adalah contoh terdekat dari paradoks gagasan tentang kecerdasan
(sekarang bahkan kita di ambang mimpi besar kecerdasan buatan).
2//
Kecerdasan yang bertumpu pada gagasan, lahir dari prasangka prasangka
dan kesimpulan terhadap gejala kesadaran yang empirik.
padahal kesadaran  merupakan ikatan ketuhanan,  dan ia tidak selalu mesti diuji di ruang lab dan tabel data.
Kecerdasan pun demikian, Â hanya pantulan kecil dari Keluasan IlmuNya
hanya setitik air dari ujung jarum di samudera PemahamanNya.
3//
Dan pendidikan, Â budaya sekolah, Â lingkungan hidup bisa jadi mengkristalkan kecerdasan itu, Â menjadi rangkaian pantulan dan varian dimensi yang beragam dan indah-memakmurkan bumi.
Atau (semua lembaga tadi) Â hanya melumpuhkan kecerdasan itu dalam automatitasi, serba digital
Dan pengukuran yang menjerumuskan, hingga hilangnya tautan kesadaran dalam kecerdasan itu.
Sungguh, Â tiada berguna setumpuk kecerdasan bila hanya menumpulkan kesadaran tentang hakikat diri dan akhir eksistensi.