*****
("Hujan itu rindu yang menari nari".TS )
Sepi kemarin masih mencekik
dendam pilu masih menukik
tiada yang meredam
suara suara panik
di batang otak.
Sepi seperti menjerat leher,
dan hujan berbaris baris di mataku
seperti ingin mengajak bermain,
atau ia mengejekku. Hujan meliuk liuk.
Hujan itu berlarian membentuk
ikatan ikatan dan tarian
dari gelagat angin. Â
Suara menggelegar membakar menara sepi. ada secangkir kopi yang telah dingin, tumpah, Â sisa irisan irisan hujan menyekap halaman depan rumah.
Di belakang,  hujan masih berlarian, berkejaran,  berbaris baris,  menyadap ingatan.
***
dalam kumpulan Berburu Hujan:
https://www.kompasiana.com/taufiqsentana9808/60f914717aa9783d350b59d2/berburu-hujan