Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Baju Bulan Pak Jokpin

14 November 2021   09:34 Diperbarui: 14 November 2021   10:06 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.googlebooks.ilustrasi @gramedia

Baju Bulan Pak Jokpin

Pak Jokpin, Joko Pinurbo (lahir 11 Mei 1962) adalah salah seorang penyair terkemuka Indonesia yang karya-karyanya telah menorehkan gaya dan warna tersendiri dalam dunia puisi Indonesia. Ia menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (sekarang Universitas) Sanata Dharma, Yogyakarta. Kegemarannya mengarang puisi ditekuninya sejak di Sekolah Menengah Atas.

Puisi-puisi Jokpin merupakan perpaduan narasi, humor, dan ironi. Ia piawai menggunakan dan mengolah citraan yang mengacu pada peristiwa dan objek sehari-hari dengan bahasa yang cair tapi tajam. Puisi-puisinya banyak mengandung refleksi dan kontemplasi yang menyentuh absurditas sehari-hari. Di sisi lain, Jokpin gemar mempermainkan dan mendayagunakan keunikan kata-kata bahasa Indonesia sehingga banyak puisinya hanya dapat dibaca dan dinikmati dalam bahasa Indonesia (wikipedia, 2021)

Tentang Baju Bulan:

Baju Bulan dijadikan sebagai judul utama buku kumpulan puisi Pak Jokpin, tahun 2013 silam, oleh penerbit Gramedia. Buku itu memuat 59 judul puisi lainnya. puisi puisi itu dihimpun ulang dari rentang 1991 sd 2012.

Puisi Baju Bulan merupakan tampilan ironi dan kritik Pak Jokpin secara sosial. Beberapa catatan menyebutkan, puisi ini berkaitan dengan dekatnya masa  lebaran (ada yang menyamakan dengan malam lebaran pula). Baju Bulan juga sudah dialih-rupa menjadi syair musik oppie.

Dalam Baju Bulan, pak Jokpin menampilkan secara induktif narasi seorang anak di pinggiran jalanan kota yang meminta baju kepada bulan, sementara ia mau lebaran. Dan bulan memberikan bajunya yang keperakan, dan membiarkan dirinya (si bulan ) telanjang demi menyenangkan hati anak tadi.

Secara puitikal, puisi baju bulan tidak diragukan lagi, terutama dari segi gaya Jok Pin yang cenderung narasi dengan aliran diksi yang lincah, plus kandungan ironi dan humor humor (yang kadang beraroma seksuil, dan dengan frasa agamis).

Sama halnya Baju Bulan ini, ada kalimat "mau lebaran", pak  Jokpin belum saya dengar menyampaikan arti mau lebaran itu apakah, 15 hari lagi atau tiga hari lagi.

Sebab dalam poin ini, bila disebut bulan yang keperakan, maka asusminya adalah bulan masih penuh dan lebar di langit. Dan itu artinya, masih jauh lebaran: mungkin sekitar 15 sd 7 hari lagi.
Apalagi ada yang menggangap sama dengan malam lebaran: sebab, jelang hari pertama lebaran, bulan di langit masih tak tampak. sehingga perlu kehati hatian dalam membangun peristiwa dan waktu agar relevan dan akurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun