Ada sekawanan burung burung
dan ombak liar yang sedang berkejaran.
Lalu kawanan burung itu hinggap
di dahan dahan peristiwa dan gejala
yang terkadang menjadikan si penyair lumpuh dan hilang makna.
Sedangkan ombak liar itu seketika menjinak dalam tarian simbol simbol
merebahkan si penyair pada titik waktu
untuk terus mengeja eksistensi,
antara fana dan abadi.
Rinduku rimbun
dan hasratku belum lapuk.
Hari kemarin takkan menjadikan
mata ini rabun, sementara
cinta telah tersemai
lalu menjuntai ke mahligai
dalam amuk suka dan luka.
Selepas ashar, semua kenangan
seakan meronta, memecah kaca jiwa
membelah jaringan nadi
dan bersiap menunggu pecahan hujan:
saat rindu semula diredam
agar ia tetap rimbun
Arsitektur Rindu
Rinduku burung burung terbang
rinduku sawah terbentang
rinduku hujan di padang
rinduku pohon pohon rindang.
Rinduku ombak berderai
rinduku malam mahligai
rinduku hujan rinai
rinduku akan sampai juga padaMu