Mohon tunggu...
Taufiq Pasiak
Taufiq Pasiak Mohon Tunggu...

Pemerhati Kajian Otak, Perilaku Sosial dan Cara manusia berpikir. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tantangan Neurosains dan Misteri Manusia

7 Juni 2016   12:25 Diperbarui: 7 Juni 2016   12:32 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mungkinkah manusia mengenali Tuhan dengan baik jika ia mengalami kerusakan otak? Ukuran-ukuran apakah yang dipakai untuk menyatakan seseorang beriman? Mungkinkah ia melakukan amal saleh jika ia mengalami gangguan otak yang parah?

Spiritual Worldmanusia tidak akan pernah ada jika bodily World-nya, dalam hal ini otaknya—mengalami kerusakan. Tuhan tidak akan pernah ada[20]jika seorang manusia kehilangan bodily World(otak) nya. Karena urusan Tuhan dan segala implikasi amal (perbuatan) berkait erat dengan pikiran manusia tentang Tuhan, termasuk di sini resepsi dan memori tentang Tuhan.[21]

Kehadiran Allah—menurut al-Qur’an—merupakan kepastian dalam diri manusia. Mau tidak mau, tolak atau terima, Allah merupakan ‘entitas’ yang ada dalam diri manusia. Manusia tidak mungkin memisahkan diri dari Allah. Karena itu, dalam al-Qur’an tidak dikenal konsep atheisdalam maknanya menolak, meniadakan atau tidak percaya Tuhan.

Karen Amstrong berpendapat bahwa realitas Tuhan merupakan hasil konstruksi pikiran manusia. Karena itu, sepanjang perjalanan hidup spesies manusia, realitas Tuhan senantiasa berubah mengikuti perkembangan pemikiran manusia. Pikiran manusia menentukan realitas Tuhan. Dengan kata lain, persepsi manusia dipandang faktor determinan dalam mengkonstruksi Tuhan. Saya sebut ini Mind Concept of God. Tidak saja itu, realitas Tuhan, baik dalam pengertian Zat-Nya atau Sifat-sifat-Nya dikonstruksi juga oleh otak manusia. Bagi penderita Schizophrenia, tumor otak berat, penderita Autisme atau gangguan otak berat lainnya, Tuhan menjadi realitas yang meragukan bahkan boleh dikatakan tidak ada. Saya sebut ini Brain Concept of God.Dengan kata lain, kehadiran Tuhan berkaitan dengan Brain-Mind Concept.[22]

Wassalam. Allah jua yang Maha Tahu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun