Kalau kecemasan itu sudah terasa sangat mengganggu dan tidak bisa diatasi sendiri, jangan ragu mencari bantuan profesional. Psikolog atau psikiater adalah teman terbaik kita dalam perjalanan ini. Mereka bisa melakukan diagnosis yang tepat dan merekomendasikan penanganan yang sesuai. Psikoterapi (seperti terapi perilaku kognitif atau CBT) dan medikasi (obat-obatan yang diresepkan) adalah dua pilar utama dalam penanganan gangguan kecemasan. Terapi ini membantu kita mengenali pola pikir negatif yang memicu kecemasan dan belajar strategi untuk mengubahnya.
Strategi Self-Care Sehari-hari
Selain bantuan profesional, ada banyak strategi self-care atau penanganan mandiri yang bisa kita terapkan sehari-hari. Ini seperti obat harian yang bisa mengurangi intensitas kecemasan. Dikutip dari Siloam Hospitals, beberapa di antaranya adalah:
- Latihan pernapasan: Teknik pernapasan dalam bisa menenangkan sistem saraf kita secara instan. Tarik napas perlahan, tahan sebentar, lalu hembuskan perlahan. Sesederhana itu, tapi dampaknya luar biasa.
- Olahraga teratur: Aktivitas fisik terbukti bisa jadi pereda stres alami. Tidak perlu jadi atlet, jalan kaki ringan setiap hari sudah cukup.
- Pola tidur yang cukup: Pastikan tidur 7-9 jam setiap malam. Kurang tidur bisa memperburuk kecemasan.
- Pola makan sehat: Makanan bergizi juga memengaruhi kesehatan mental kita. Kurangi kafein dan gula berlebihan.
- Batasi paparan media sosial atau berita negatif: Terlalu banyak informasi, apalagi yang negatif, bisa memicu kecemasan. Coba digital detox sesekali. Digital detox itu semacam puasa dari segala gawai dan media sosial kita, biar pikiran dan mata bisa istirahat sejenak dari hiruk pikuk dunia maya.
- Menghabiskan waktu dengan orang tercinta: Dukungan dari keluarga dan teman itu penting sekali. Jangan ragu berbagi cerita.
Penting juga menghindari pemicu dan melakukan kegiatan yang disukai sebagai bagian dari manajemen kecemasan.
Kecemasan, Si Musuh Tak Kasat Mata yang Bisa Ditaklukkan
Kecemasan itu nyata. Dia bukan sekadar drama, bukan pula tanda kelemahan. Dia adalah sinyal bahwa ada sesuatu yang butuh perhatian dalam diri kita. Mengabaikannya hanya akan membuat kita terjebak dalam lingkaran ketidaknyamanan yang tidak berkesudahan.
Memahami kecemasan, dengan segala gejalanya dan jenisnya, adalah langkah pertama menuju ketenangan. Berani mencari bantuan profesional saat dibutuhkan dan konsisten menerapkan strategi self-care adalah kunci untuk bisa hidup berdampingan dengan si cemas ini, bahkan menjadikannya sebagai pengingat untuk lebih peduli pada diri sendiri. Ingat, ketenangan hati dan jiwa itu bukan barang langka, kok, asal kita tahu cara mencarinya. Kalau kita merasa sering diliputi cemas tanpa sebab, coba berhenti sejenak dan dengarkan tubuh kita. Mungkin sudah waktunya bicara—dengan diri sendiri, atau dengan profesional yang bisa membantu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI