Mohon tunggu...
Taufiq Agung Nugroho
Taufiq Agung Nugroho Mohon Tunggu... Asisten Peneliti

Seorang bapak-bapak berkumis pada umumnya yang kebetulan berprofesi sebagai Asisten Peneliti lepas di beberapa lembaga penelitian. Selain itu saya juga mengelola dan aktif menulis di blog mbahcarik.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kepala Penuh Pikiran, Hati Auto Tenang? Cobain Nulis Aja, Biar Sehat Mental!

20 Juni 2025   08:22 Diperbarui: 20 Juni 2025   08:22 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Journaling atau nulis di buku harian (Sumber: Unsplash)

"Capek kepala penuh pikiran bikin hidup makin berat? Temukan rahasia menenangkan hati dan jiwa hanya dengan modal buku atau HP!"

Pernah merasa kepala itu kayak hard disk penuh? Isinya cuma tumpukan pikiran, kekhawatiran, daftar to-do list yang gak kelar-kelar, sampai obrolan sama diri sendiri yang kadang bikin mumet. Rasanya semua numpuk di ubun-ubun, bikin pening tujuh keliling. Jangan salah, fenomena "kepala penuh" ini bukan cuma dialami sama yang banyak utang atau yang lagi kasmaran, lho. Kita semua pasti pernah ada di fase ini, di mana otak rasanya mau meledak saking banyaknya "data" yang disimpan.

Akhirnya, karena semua dipendam, yang ada malah overthinking berkepanjangan. Ujung-ujungnya, mental jadi gampang sakit, gampang stres, dan parahnya lagi, bisa bikin insomnia karena pikiran muter terus kayak kaset rusak. Nah, daripada stres sendiri, ternyata ada lho cara receh tapi ampuh banget buat nge-dumping semua isi kepala itu. Journaling alias nulis-nulis di buku harian. Tapi, ini bukan cuma buat penulis atau orang yang lagi galau doang, ya. Justru ini cara ampuh buat kita semua.

Baca juga: Ketenangan Hati dan Jiwa, Barang Langka di Zaman Bising Ini?

Kenapa Otak Kita Sering 'Overload' Sampai Butuh Di-Dumping?

Coba deh bayangin, setiap hari kita menerima jutaan informasi. Dari notifikasi HP, obrolan sama teman, tuntutan kerjaan, masalah keuangan, sampai mikirin besok mau makan apa. Otak kita itu ibarat prosesor super canggih, tapi juga punya batasnya. Kalau terlalu banyak yang diproses dan disimpan tanpa dikeluarkan, wajar dong kalau akhirnya jadi lemot atau bahkan hang.

Pikiran yang numpuk dan tidak terurai ini sering kali berubah jadi noise atau gangguan yang tidak penting. Kita jadi susah fokus, gampang cemas, dan kadang malah melebih-lebihkan masalah yang sebenarnya kecil. Kadang, masalahnya cuma secuil, tapi karena dipikirin terus-menerus di dalam kepala, rasanya udah kayak gunung Everest yang harus didaki sendirian. Di sinilah kekuatan menuliskan pikiran berperan penting. Ini bukan cuma soal mencatat, tapi lebih ke proses membersihkan "sampah" mental yang menumpuk.

Journaling Bukan Cuma Buat Orang Baperan, Ini Mekanisme Kerja Ajaibnya!

Banyak yang mikir, "Ah, nulis diari kan buat anak ABG yang lagi baper-baperan," atau "Ngapain sih curhat sama kertas?" Eits, jangan salah. Journaling itu punya mekanisme kerja yang jauh lebih ilmiah dan bermanfaat dari sekadar curhat kosong.

Begini lho, cara kerjanya:

Eksternalisasi Pikiran

Saat kita menulis, kita secara otomatis memindahkan beban pikiran dari kepala ke bentuk fisik di atas kertas atau layar. Ini adalah proses mengeluarkan isi otak yang selama ini cuma berputar-putar di dalam. Otak kita jadi lega, kayak habis defrag hard disk.

Organisasi Kognitif

Begitu pikiran itu tumpah di kertas, otak kita mulai bekerja untuk mengaturnya. Apa yang tadinya cuma berupa gumpalan benang kusut, perlahan mulai terurai. Kita jadi bisa memilah mana yang benar-benar penting dan perlu ditindaklanjuti, dan mana yang cuma noise alias pikiran-pikiran tidak relevan yang cuma bikin sesak. Kadang, setelah ditulis, kita spontan mikir, "Oh, ternyata cuma segini doang ya masalahnya?" Ini namanya kejelasan mental.

Pemrosesan Emosi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun