"Capek kepala penuh pikiran bikin hidup makin berat? Temukan rahasia menenangkan hati dan jiwa hanya dengan modal buku atau HP!"
Pernah merasa kepala itu kayak hard disk penuh? Isinya cuma tumpukan pikiran, kekhawatiran, daftar to-do list yang gak kelar-kelar, sampai obrolan sama diri sendiri yang kadang bikin mumet. Rasanya semua numpuk di ubun-ubun, bikin pening tujuh keliling. Jangan salah, fenomena "kepala penuh" ini bukan cuma dialami sama yang banyak utang atau yang lagi kasmaran, lho. Kita semua pasti pernah ada di fase ini, di mana otak rasanya mau meledak saking banyaknya "data" yang disimpan.
Akhirnya, karena semua dipendam, yang ada malah overthinking berkepanjangan. Ujung-ujungnya, mental jadi gampang sakit, gampang stres, dan parahnya lagi, bisa bikin insomnia karena pikiran muter terus kayak kaset rusak. Nah, daripada stres sendiri, ternyata ada lho cara receh tapi ampuh banget buat nge-dumping semua isi kepala itu. Journaling alias nulis-nulis di buku harian. Tapi, ini bukan cuma buat penulis atau orang yang lagi galau doang, ya. Justru ini cara ampuh buat kita semua.
Baca juga:Â Ketenangan Hati dan Jiwa, Barang Langka di Zaman Bising Ini?
Kenapa Otak Kita Sering 'Overload' Sampai Butuh Di-Dumping?
Coba deh bayangin, setiap hari kita menerima jutaan informasi. Dari notifikasi HP, obrolan sama teman, tuntutan kerjaan, masalah keuangan, sampai mikirin besok mau makan apa. Otak kita itu ibarat prosesor super canggih, tapi juga punya batasnya. Kalau terlalu banyak yang diproses dan disimpan tanpa dikeluarkan, wajar dong kalau akhirnya jadi lemot atau bahkan hang.
Pikiran yang numpuk dan tidak terurai ini sering kali berubah jadi noise atau gangguan yang tidak penting. Kita jadi susah fokus, gampang cemas, dan kadang malah melebih-lebihkan masalah yang sebenarnya kecil. Kadang, masalahnya cuma secuil, tapi karena dipikirin terus-menerus di dalam kepala, rasanya udah kayak gunung Everest yang harus didaki sendirian. Di sinilah kekuatan menuliskan pikiran berperan penting. Ini bukan cuma soal mencatat, tapi lebih ke proses membersihkan "sampah" mental yang menumpuk.
Journaling Bukan Cuma Buat Orang Baperan, Ini Mekanisme Kerja Ajaibnya!
Banyak yang mikir, "Ah, nulis diari kan buat anak ABG yang lagi baper-baperan," atau "Ngapain sih curhat sama kertas?" Eits, jangan salah. Journaling itu punya mekanisme kerja yang jauh lebih ilmiah dan bermanfaat dari sekadar curhat kosong.
Begini lho, cara kerjanya:
Eksternalisasi Pikiran
Saat kita menulis, kita secara otomatis memindahkan beban pikiran dari kepala ke bentuk fisik di atas kertas atau layar. Ini adalah proses mengeluarkan isi otak yang selama ini cuma berputar-putar di dalam. Otak kita jadi lega, kayak habis defrag hard disk.
Organisasi Kognitif
Begitu pikiran itu tumpah di kertas, otak kita mulai bekerja untuk mengaturnya. Apa yang tadinya cuma berupa gumpalan benang kusut, perlahan mulai terurai. Kita jadi bisa memilah mana yang benar-benar penting dan perlu ditindaklanjuti, dan mana yang cuma noise alias pikiran-pikiran tidak relevan yang cuma bikin sesak. Kadang, setelah ditulis, kita spontan mikir, "Oh, ternyata cuma segini doang ya masalahnya?" Ini namanya kejelasan mental.