Pemecatan datang lebih cepat dari yang ia duga.
"Pelanggaran kode etik berat," begitu alasan yang diberikan atasannya.
Ia sudah mencoba melawan, mencoba membela diri. Tapi dunia sudah tak memihaknya lagi.
Pintu diketuk. Ia membuka, mendapati seorang kurir menyerahkan sebuah amplop.
Surat gugatan Nadya.
Arman tertawa kecil—tawa yang getir dan hampa.
Semuanya benar-benar berakhir.
Rina duduk sendirian di meja kafe. Tangannya gemetar saat ia menggulir layar ponselnya.
Notifikasi penuh dengan pesan kebencian. Teman-temannya di kantor tak ada yang mau bicara dengannya lagi. Tawaran pekerjaan yang dulu selalu datang kini menghilang satu per satu.
Ibunya bahkan tak mau menjawab teleponnya.
Ia mengira perselingkuhan ini hanya akan menjadi kisah cinta terlarang yang penuh gairah. Ia tak pernah menyangka akan kehilangan segalanya.