Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Asem-Asem, Legenda Kuliner Semarang yang Tak Pernah Pudar

29 Agustus 2025   05:42 Diperbarui: 29 Agustus 2025   11:01 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koh Liem | dokumentasi pribadi

Ada yang istimewa setiap kali kita melangkah menuju sebuah kuliner legendaris. Ada rasa penasaran, ada aroma nostalgia, meskipun kita belum pernah sekalipun mencicipinya.

Begitulah yang saya rasakan ketika kaki ini melangkah ke Jalan DI Panjaitan, Semarang. Di kota yang dikenal sebagai gudangnya lumpia, tahu gimbal, dan bandeng presto ini, ada satu nama yang kerap disebut para pecinta kuliner: Asem-Asem Koh Liem.

Bukan sekadar rumah makan, tapi sebuah cerita panjang tentang bagaimana sebuah rasa bertahan lebih dari empat dekade. Sejak 1978, nama ini tak pernah benar-benar pudar, justru semakin bercahaya di tengah derasnya arus kuliner kekinian.

Baca juga: Joko Tingkir Bag 4

Udara Semarang siang itu cukup hangat, namun langkah saya terasa ringan. Di kepala sudah berputar bayangan semangkuk asem-asem dengan kuah bening menggoda, aroma asam segar yang berpadu gurih, serta kelembutan daging yang meresap hingga ke serat terkecil.

Apalagi, saya sudah menyiapkan perut untuk menyambut sajian andalan: bandeng asem-asem dan asem-asem daging. Dan tentu saja, tak lengkap tanpa segelas kopi es yang menutup rindu pada minuman klasik yang selalu menjadi teman obrolan.

Dinding tempat parkir | dokumentasi pribadi
Dinding tempat parkir | dokumentasi pribadi

Begitu kendaraan kami tiba di halaman rumah makan, kesan pertama saya sederhana: ini bukan sekadar resto, ini sebuah institusi kuliner. Spanduk biru besar dengan tulisan "Rumah Makan Asem-Asem Koh Liem -- Different and Legendary Taste Since 1978" langsung menyapa mata.

Di bawahnya ada logo khas bergambar wajah Koh Liem yang tersenyum ramah dengan topi koki. Ada pula slogan sponsor minuman, tanda bahwa tempat ini sudah punya nama besar.

Di kanan-kiri pintu masuk, ada beberapa gerobak kayu, mungkin sisa jejak awal yang tak pernah hilang, mengingatkan kita bahwa Koh Liem berawal dari tenda kaki lima. Di sisi kiri, sebuah gerobak bertuliskan "Tahu Petis" terparkir manis.

Sementara di kanan, sebuah mesin genset dan beberapa pot tanaman sederhana mengisi ruang. Semua tampak apa adanya, tak dibuat-buat. Justru di situlah daya tariknya. Tidak semua legenda harus tampil glamor, karena yang sejati adalah mereka yang tetap setia pada akarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun