Kami duduk dekat jendela. Di luar sana, lampu-lampu kota melesat mundur. Desa-desa di Kyushu selatan tetap terjaga: toko kecil masih buka, jalanan sempit tak pernah benar-benar gelap.
Shinkansen ini seperti membawa saya kembali ke dalam diri. Di luar, pulau Kyushu. Di dalam, ingatan.
Tiba di Kumamoto: Antara Rel dan Langit
Hampir pukul 10 malam, kereta tiba di Stasiun Kumamoto. Stasiun modern, bersih, dan... sepi. Mungkin karena ini bukan Tokyo, bukan Osaka. Ini Kumamoto---tempat kastil tua berdiri dan waktu melambat.
Di depan stasiun, tidak ada taksi yang menunggu. Saya berdiri 10 menit, menatap kosong ke arah jalanan kota. Tidak ada yang terburu-buru. Bahkan udara pun terasa pelan.
"Jalan musim gugur---
tak kukenal siapa pun,
tapi aku sampai."
---Bash
Akhirnya sebuah taksi berhenti. Sopir tidak banyak bicara. Mungkin tidak perlu. Perjalanan ke hotel hanya memakan waktu lima menit.
ANA Crowne Plaza: Lantai 18 dan Langit Baru
Hotel saya malam itu: ANA Crowne Plaza Kumamoto New Sky. Gedungnya menjulang di pinggir sungai Shirakawa, tidak jauh dari jantung kota. Kami naik lift ke lantai 18, saya lihat tombol lift, angka 25 yang paling tinggi.
Di kamar, jendela kaca besar langsung menghadap ke sungai dan kota. Lampu-lampu kecil di kejauhan seperti peta bintang yang bersandar di bumi. Di seberang sana, Kastil Kumamoto mungkin berdiri dalam gelap, diam-diam menjaga warisan.