Sekitar 30 menit kemudian, kereta tiba di Takeo-Onsen. Stasiun kecil yang bersih dan nyaris sunyi. Tidak ada seorang pun di peron, kecuali kami berdua.
Nama "onsen" memberi ilusi kehangatan, meskipun kami hanya transit. Tidak ada air panas, hanya pergantian kereta dengan menunggu beberapa menit saja.
Relay Kamome: Transisi yang Sunyi
Dari Takeo-Onsen, kami naik Relay Kamome menuju Hakata, tapi kami akan turun di Shin-Tosu. Ini kereta biasa, bukan Shinkansen, tapi tetap nyaman dan cukup cantik . Di luar jendela, kota-kota kecil dan ladang kosong menyapa dalam kesenyapan malam.
Kereta berjalan lebih lambat, tapi malam tak keberatan. Sebenarnya, dalam momen inilah saya paling merasa bepergian: ketika tidak cepat, tidak lambat, hanya bergerak pelan menembus waktu.
"Angin musim gugur---
taksi terakhir
menyala pelan."
---(gubahan bebas dari Chra)
Tak banyak penumpang. Mereka semua duduk tenang, beberapa tertidur. Hanya cahaya interior lembut yang menemani, dan suara roda besi yang menggesek rel seperti alunan mantera yang meninabobokan.
Sakura: Bunga yang Mengantar Sampai
Di Shin-Tosu, kami naik Shinkansen Sakura---kereta ketiga, sekaligus terakhir malam itu. Gerbong dengan warna dominan putih tampak modern. Di dalamnya, hanya beberapa penumpang. Jam sudah melewati pukul 9 malam. Sakura melaju bagai kilat, namun saya tak merasa dikejar.