Sementara di bagian dalam toko terlihat aneka batik Lasem. Tidak jauh dari sini, tampak sebuah gapura dengan gaya Tiongkok yang khas. Atapnya bersusun berdinding putih dan ornamen kayu jati warna coklat tua.
Tepat atas pintunya yang terbuka lebar gerbangnya tergantung papan hitam dengan tulisan emas:
ROEMAH OEI
Tulisan Hanzi ini terbaca "Huang Fu”--- artinya kediaman keluarga Huang, atau Oei dalam ejaan atau dialek peranakan. Di kiri dan kanannya terpahat dua ornamen kecil: seekor burung bangau dan matahari. Saya berhenti sejenak, memandangi lambang itu dan mulai mencari makna lambang tersebut.
Bangau dan Matahari: Doa yang Melekat di Gerbang
Simbol burung bangau dan matahari bukan sekadar dekorasi artistik. Dalam tradisi Tionghoa: Bangau (he) melambangkan umur panjang, kebijaksanaan, dan keluhuran budi. Ia dianggap kendaraan roh-roh suci, penghubung antara dunia fana dan surgawi.
Matahari (ri) simbol kehidupan, energi pencipta, dan harapan --- bagian dari unsur Yang dalam filosofi Yin-Yang.
Kombinasi keduanya menjadi doa visual: rumah yang dijaga umur panjang, ketenteraman, dan keberkahan hidup yang terus terang. Simbol ini juga muncul di Toko Madjoe, toko tua milik keluarga yang sama, tidak jauh dari Roemah Oei. Di situlah kami mulai memahami bahwa lambang bukan sekadar hiasan, tapi identitas, filosofi, dan warisan turun-temurun.
Di dinding dekat gapura ini terdapat sebuah prasasti marmer berbentuk bulat warna merah marun dengan tulisan warna emas "Rumah Oei Lasem 1818" diresmikan sebagai Peranakan heritage- pusat edukasi seni, budaya, kuliner pada 18-8-2018. Wah banyak sekali angka dekapannya. Di tengahnya ada huruf Hanzi Huang atau Oei.