Di panggung besar bernama Piala Sudirman, satu nama terus mencuat dan berdengung keras di setiap edisi: China. Dengan unggul sementara 2-1 atas Korea Selatan di partai final Piala Sudirman 2025, Negeri Tirai Bambu tinggal selangkah lagi menambah koleksi trofinya menjadi 14 gelar---rekor yang sulit didekati, apalagi dilampaui. Namun, di balik catatan dominasi ini, muncul pula pertanyaan besar: sampai kapan dunia bulu tangkis membiarkan satu negara menguasai sepenuhnya turnamen beregu campuran ini?
Dominasi Tanpa Kompromi
Tak bisa dipungkiri, apa yang ditunjukkan China bukan semata hasil dari kebetulan. Ini adalah buah dari sistem yang terbangun kuat sejak puluhan tahun lalu. Regenerasi berjalan mulus, tak ada ketergantungan pada satu nama, dan struktur pelatihan mereka mampu menjaga konsistensi permainan dalam semua sektor.
Lihat saja formasi mereka di Piala Sudirman 2025 ini: Shi Yuqi yang semakin matang di tunggal putra, Chen Yufei yang tak tergoyahkan di sektor putri, dan pasangan seperti Zheng Siwei/Huang Yaqiong yang tetap menakutkan di ganda campuran. Bahkan pelapis-pelapis mereka sering kali masih lebih kuat dibandingkan pemain utama negara lain.
Dalam perjalanan menuju final, China nyaris tak tersentuh. Mereka melewati babak grup dan semifinal dengan dominasi nyaris total. Kini, di final melawan Korea Selatan, mereka menunjukkan hal yang sama---meski sempat mendapat perlawanan keras dan harus kehilangan satu partai.
Korea Selatan: Perlawanan yang Layak Dihargai
Jika ada satu tim yang layak mendapat penghormatan, maka itu adalah Korea Selatan. Mereka datang ke turnamen ini tanpa banyak gembar-gembor, tapi dengan kekuatan yang sangat efektif. Tim ini dikenal solid, tenang, dan sangat disiplin. Di antara semua negara pesaing, Korea adalah satu-satunya yang memberi ancaman nyata kepada China.
Kunci utama Korea ada pada pemain seperti An Se Young, yang menjadi tumpuan di sektor tunggal putri. Ia mampu mengalahkan siapa pun di dunia saat ini, termasuk pemain top China. Selain itu, ganda campuran mereka seperti Seo Seung-jae/Chae Yoo-jung adalah pasangan berpengalaman yang mampu mengimbangi permainan cepat China.
Performa Korea di final menunjukkan bahwa China bisa dilawan---bahkan bisa dikalahkan, jika semua sektor tampil sempurna. Kekalahan satu partai bukan akhir, tapi justru bukti bahwa ada celah di balik dominasi China yang tampaknya tak tertembus.
Indonesia: Evaluasi yang Tak Bisa Ditunda