Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menembus Garis Batas 4: Di Bawah Bayang-Bayang Amir Timur

20 September 2023   07:21 Diperbarui: 20 September 2023   07:23 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Amir Timur di Samarkand: Dokpri

Setelah berhenti sejenak di hotel untuk menyimpan barang-barang dan berganti pakaian, rombongan kami langsung berangkat kembali dengan kendaraan yang sama menuju pusta kota Samarkand.  Tujuan pertama adalah patung Amir Timur yang ada di kawasan University Boulevard atau Universiteti Xiyoboni.  

Sebuah kawasan yang sekilas terlihat lumayan luas dengan taman-taman yang nyaman berhiaskan air mancur, dan pohon-pohon yang rindang di apit jalan raya yang lebar. Sekilas mirip kawasan Monas tanpa tugu Monas dan jalan silang Monas serta gedung-gedung tinggi.   Dan sesuai namanya di kawasan ini pun berlokasi banyak universitas ternama di Samarkand termasuk kampus tempat Daniyor menuntut ilmu yaitu Samarkand State Medical University.  Kawasan University Boulevard yang dibangun pada akhir abad ke XIX di jaman Kekaisaran Rusia ini juga menjadi batas antara kota lama dan kota baru yang dibangun Rusia.

"Harap jangan meninggalkan barang-barang di kendaraan ini, karena selanjutnya kita akan berjalan kaki dan menggunakan kendaraan umum," demikian kira-kira penjelasan Daniyor ketika kendaraan menurunkan kami di tepi jalan tepat di tepi jalan. Di kejauhan tampak kubah megah Gur E Amir yang merupakan kompleks mausoleum Amir Timur, sang penguasa Timurid Empire yang menjadikan Samarkand sebagai ibu kota sejak abad ke 14.   Namun tujuan pertama kita siang itu bukan ke mausoleum, melainkan sowan atau minta izin untuk masuk ke kota Samarkand dengan menyambangi patungnya yang ada di Tengah taman tepat di persimpangan jalan raya yang lebar dan ramai ini.

Beramai-ramai kami menyeberangi jalan raya yang lebar mengikuti lampu lalu lintas. Pengendara di Samarkand cukup disiplin dan menghormati pejalan kaki walau cara mereka mengemudi lumayan membuat jantung berdebar, terutama ketika berbelok sambil menekan rem sehingga menimbulkan suara deritan yang khas.  Suara-yang sama ini sering menemani selama perjalanan kami di kota yang pernah menjadi permata Jalur Sutra ini.   Jalan raya yang lebar dan deretan kendaraan Chevrolet warna putih dengan deritan rem sekaan mengucapkan selamat datang di singgasana Amir Timur.

Namun siapakah Amir Timur?  Dalam pelajaran Sejarah dunia sewaktu di sekolah menengah dulu, hanya sedikit yang pernah diajarkan mengenai nama Timur Leng yang lebih dikenal dengan kekejamannya dalam merebut dan memperluas wilayah kekuasaan di Asia Tengah.  Kala itu bahkan negeri yang Bernama Uzbekistan sendiri belum ada dan masih menjadi bagian Uni Soviet yang maha luas.  Nah di sinilah saya kemudian belajar lebih banyak secara lebih rinci mengenai Amir Timur dan Tiurid Empire yang ternyata menjadi leluhur Raja-Raja Dinasti Moghul yang berkuasa di India termasuk Sah Jehan yang terkenal dengan Taj Mahal.


Dengan lancar Daniyor berkisah tentang asal muasal Amir Timur yang kini dijadikan ikon pahlawan Uzbekistan dan dikenang sebagai penakluk kawasan Asia Tengah yang meliputi kawasan yang mencakup India, Laut Tengah hingga Eropa.  

Timur yang di Barat dikenal dengan nama julukan dalam Bahasa Turki Timurleng yang berati Timur Si Pincang atau kadang juga Tambourlane ini berasal dari suku Mongol dan Turki yang membangun karier militer mengikuti salah satu keturunan Gengish Khan, yaitu Chagatai di Transoxania yang kini menjadi kawasan Uzbekistan dan dan sekitarnya.    

Pada sekitar 1360-an Timur berhasil mengambil kekuasaan dan secara perlahan membangun dan memperluas wilayahnya sehingga pada akhir abad ke 14 menjadi Timurid Empire yang berpusat di Samarkand ini.

Foto: Agustinus Wibowo
Foto: Agustinus Wibowo

Di kisahkan juga Timur sempat memiliki salah seorang istri yang berasal dari Tiongkok atau Mongol yang terkenal dengan nama Bibi Khanum dan Amir Tiur ini pun meninggal saat dalam misi untuk menaklukkan Tiongkok. Dia meninggal di Otrar, sebuah kota kecil yang sekarang terlerak di dekat Chimkent dan termasuk wilayah Kazakhstan sekitar 500 kilometer dari Samarkan pada 1405.  Dan kemudian dimakamkan di Mausoleumnya yang ada tampak di kejauhan, tidak jauh dari patung Amir Timur ini.

Mendengarkan kisah Amir Tmur ini kita akan dapat menjadi lebih bijak dan mengerti bahwa sosok yang sama dalam Sejarah bisa menjadi tokoh pujaan, pahlawan, dan sekaligus tokoh yang dianggap penjahat dan dibenci.   Bahkan hanya ada garis tipis yang membedakan antara pahlawan penghianat, penakluk dan pembebas.

"Di Uzbekistan, ada tiga patung Amir Timur, Satu di Samarkand, satu di Tashkent, dan satu lagi di Shahrizab yang merupakan kota kelahiran Amir," Daniyor menambahkan cerita dengan manis sambil menjelaskan perbedaan di antara ketiga patung tersebut.  Yang di Shahrizab dibuat dalam posisi berdiri karena dianggap sebagai tempat kelahiran dan kebangkitan Amir, sementara patung yang di Samarkand ini dalam posisi duduk di singgasana karena di sinilah dia memerintah kerajaannya yang luas. Sementara patung yang di Tashkent, yang teretak di Amir Timur Square, dalam posisi sedang menunggang kuda.  Patung yang di Samarkand ini juga yang ukurannya paling besar.

Kami mendekati patung dan mengagumi kemegahannya.  Ukurannya lumayan besar sehingga tubuh-kami tampak mungil jika dibandingkan dengan patung ini.  Amir tampak gagah dengan mahkota di kepala dan duduk di singgasana dengan pedang di sebelah kirinya.  Siang itu kebetulan tidak ada pengunjung lain di sekitar patung.  Selain taman dengan bunga warna-warni, juga ada air mancur kecil yang menambah manis suasana.   

Kami sempat berfoto bersama di depan patung sambil mengucapkan salam kepada Amir Timur.  Mengucapkan salam sambil minta izin untuk dalam beberapa hari ini berkelana di ibu kota kerajaannya.

Menurut Daniyor juga bahwa tempat  ini, seperti juga patung Amir Timur di Sharizab dan Tashkent  menjadi lokasi yang favorit bagi pasangan Uzbek untuk dijadikan tempat foto prewedding.    Nah bagi yang masih jomblo, siapa tahu dengan berfoto do depan patung Amir Timur ini bisa menjadi salah satu jalan untuk lebih cepat mendapatkan jodoh.?  

Nah ketika Daniyor dan rakyat Uzbekistan sekarang membanggakan Amir Timur sebagai orang Uzbek, saya langsung teringat akan buku Garis Batas yang pernah saya baca dan komentar penulisnya, Agustinus Wibowo sendiri.  Menurut Mas Agus, garis-garis batas antar negara Asia Tengah yang ada sekarang ini memang bukan garis batas yang mutlak. Demikianlah kita dapat dengan legowo mengerti mengapa Kazakhstan pun mengklaim Turkistan sebagai warisan peradabannya sementara Tajikistan sendiri meratapi kebesaran Samarkand dan Bukhara dengan peninggalan Ismail Somoni. 

 Garis batas yang diciptakan di era Soviet itu terasa makin relevan ketika kita semua berada di dalam nya. Di Samarkand , di pusat kegemilangan era Amir Tmur. Sekarang, di depan patung Timur yang Agung,  kita semua seakan masih berada di bawah bayang-bayang Amir Timur serta warisan bangunan megah yang ada untuk kita nikmati  bersama. 

Selamat Datang di Samarkand.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun