Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Asmara Pancawara

7 Februari 2023   21:01 Diperbarui: 7 Februari 2023   21:10 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disini, di stasiun Kota, kita pertama kali bertemu

Di suatu senja, di hari senin pahing yang penuh haru

Aku sedang menunggu kereta menuju Pasar Minggu

Sedangkan kamu sedang duduk termangu-mangu


Di dalam gerbong yang tidak terlalu ramai penumpang itu

Kupandangi wajahmu dengan tatap mata penuh ragu

Tidak disangka engkau membalas dengan sayu dan sendu

Seakan-akan berkata ayo mendekat dan usah tinggalkan daku


Jayakarta, Mangga Besar Sawah Besar, satu persatu stasiun berlalu

Dan di Stasiun Juanda akhirnya kutahu namamu Lulu

Dan engkau baru akan turun di Manggarai untuk lanjut ke Rawa Buntu

Mengapa engkau terlihat termangu sendu, belumlah kutahu dan kau mau mengaku


Gambir, Gondangdia, Cikini, gerbong-gerbong berpacu dengan waktu

Dan engkau mulai bercerita dengan kepala bersandar di bahuku

Tidak terasa air matamu menetes di pipi, dan kemudian kuseka dengan sapu tangan biru

Lulu Oh Lulu, Engkau baru saja ditinggalkan kekasihmu, Oh betapa malangnya nasibmu.


Di stasiun Manggarai, pertemuan singkat kita dipisahkan oleh waktu

Engkau turun meninggalkan gerbong, sementara Aku diam terpaku

Tebet Cawang Kalibata, sesuatu dalam diriku telah dicuri gadis berbaju biru bernama Lulu

Apa itu aku tak tahu, dengan Langkah lunglai aku turun di Pasar Minggu.


Selasa Pon senja kembali aku di Peron Stasiun kota lalu menunggu

Menunggu dan menunggu dengan asa yang penuh akan kembali bertemu Lulu

Lima menit menunggu kulihat Lulu memakai baju merah jambu

Kali ini dia datang mendekat dan menegur lebih dahulu


Bersama kami naik ke gerbong dan duduk bahu menempel ke bahu

Serasa bak sepasang kekasih yang lama tidak bertemu

Kami bertatap mesra sehingga orang yang melihat pun merasa malu.

Tujuh stasiun pun berlalu, dan aku sudah sukses mengisi relung hatimu


Di Manggarai kita kembali berpisah dengan rasa cinta yang menggebu-gebu

Sebuah kertas kecil diselipkan Lulu di saku baju baruku.

Tertulis dengan rapi rencana kencan untuk esok di hari Rabu

Di Pasar Minggu aku merasa bagaikan terbang ke langit seribu


Duniaku berubah di Rabu Wage dan Kamis Kliwon dengan romansa yang membara.

Dari kota ke Bogor, sepasang kekasih memadu cinta seakan dunia milik berdua.

Gelora asmara membara hingga punggung gunung salak dan Cisarua

Dua hari berlalu cepat, secepat kilatan panah dewa dewi siapa pun namanya.


Tidak terasa Jumat Legi pun tiba, namun tidak semanis janji Lulu

Di peron stasiun Kota kami kembali berjanji untuk bertemu

Tetapi kali ini hatiku terasa sakit serasa disayat sembilu

Satu jam lebih aku menunggu, Hanya ada angin lalu.


Kisah asmara lima hari terasa singkat sekali

Tetapi apakah itu memang yang harus terjadi

Di antara kita berdua memang hanya ada janji

Untuk hidup semati, tetapi hanya lima hari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun