Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Bahasa Indonesia yang Janggal dan Ejaan Lama di Sai Kung Market

7 Mei 2022   11:07 Diperbarui: 9 Mei 2022   21:32 1768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sai Kung merupakan sebuah distrik di New Teritories, HongKong yang memberikan suasana lain dibandingkan dengan Hong Kong yang kita kenal. Karena letaknya yang bukan di pusat kota.

Maka suasana di Sai Kung terasa lebih nyaman karena tidak banyak Gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan dan juga kesibukan yang biasanya identik dengan Hong Kong.

Setelah turun dari Mini Bus no 101 M yang membawa saya dari Stasiun MTR Hang Hau, saya sempatkan berjalan-jalan di dermaga dan melihat-lihat perahu nelayan serta perahu sewaan yang bisa membawa kita ke pulau-pulau kecil di sekitar Sai Kung ini.

Mini Bus : Dokpri
Mini Bus : Dokpri

Kemudian saya bertemu dengan Saik Kung Market, sebuah pasar tradisional yang lumayan menarik untuk dijelajahi. 


Saya kemudian masuk ke dalam Gedung pasar yang terdiri dari beberapa lantai. Bangunannya lumayan bersih dan rapi. Di dinding ada petunjuk yang memberikan informasi mengenai priduk yang dijual.

Petunjuk di dinding: DOkpri
Petunjuk di dinding: DOkpri

Pada informasi tersebut, di lantai dasar atau ground floor ada bagian yang menjual Sea Foof bergambar ikan, kemudian Daging dengan gambar Babi, kemudian Poultry atau unggas dengan gambar ayam potong dan Siu Mei dengan gambar babi panggang.

Sementara di Lantai 1 dijual, Sayuran, Buah-buahan, Dry goods dengan gambar pakaian dan Flowers dengan gambar bunga.

Suasana pasar: Dokpri
Suasana pasar: Dokpri

Siang itu suasana pasar tidak terlalu ramai.  Lantainya lumayan bersih walaupun ada peringatan untuk hati-hati akan lantai basah. 

Tetapi ketika melewati bagian sea food yang banyak menjual ikan dan udang hasil tangkapan nelayan di sekitar Sai Kung, lantainya masih lumayan kering dan bersih. 

Memasuki kawasan daging, maka berderet tukang daging yang memajang daging babi yang sudah dipotong dan digantung.  

Udang: Dokpri
Udang: Dokpri
Namun yang menarik di pasar ini juga adalah penekanan akan keselamatan dan keamanan makanan yang dijual.  

Rupanya di Hong Kong ada sebuah produk hukum yang bernama Food Safety Ordinance yang dikelola oleh Centre for Food Safety yang merupakan bagian dari Food and Environmental Hygiene Department, Hong Kong SAR. Mungkin kalau di Indonesia mirip dengan BPOM.  

Nah, bedanya kalau di pasar-pasar di Indonesia jarang sekali ada baliho yang menekankan akan perlunya keselamatan makanan, maka ternyata di Sai Kung Market inilah saya sempat melihatnya.

Baliho: Dokpri
Baliho: Dokpri

Pada dinding pasar ada sebuah baliho atau poster besar dengan tulisan "Food Safety Ordinance is in Force,"   Tentu saja di atasnya adalah tulisan dalam aksara Han Zi tradisional. 

Selain itu dijelaskan juga beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh importir, distributor, dan retailer makanan. 

Misalnya untuk importir dan distributor harus mendaftarkan dan menyimpan catatan mengenai pergerakan makanan sementara retailer harus mencatat kapan makanan tersebut di terima. Selain itu juga ada sanksi bagi pelanggaran yang berupa denda dan bahkan hukum penjara.

Dokpri
Dokpri

Saya terus berjalan menyusuri lorong-lorong pasar dan sampai di sebuah gerai yang menawarkan jasa bagi pekerja migran. 

Rupanya karena di Hong Kong banyak pekerja asing termasuk dari Filipina dan Indonesia, maka banyak informasi dan pengumuman yang ditulis baik dalam bahasa Tagalog dan juga bahasa Indonesia.

Saya menemukan beberapa informasi dalam bahasa Indonesia yang sedikit cukup menggelitik Pada sebuah poster ada tulisan besar Selamat Datang dengan gambar Monas di sebelahnya. 

Wah sangat mencolok mata buat siapa pun yang berasal dari Indonesia.   Di bawahnya ada tulisan "Anda Mencari Majikan", dan juga informasi bagi calon pekerja yang habis kontrak. 

Serta ada tulisan "Hanya HKD 392 untuk majikan perubahan."  Informasi di poster ini terasa agak janggal dibaca karena bahasa Indonesia yang ditulis bagaikan bahasa Inggris yang diterjemahkan kata per kata. Mungkin mereka membuat poster dengan menggunakan mesin penerjemah.

Ejaan Lama: Dokpri
Ejaan Lama: Dokpri

Namun di gerai yang lain ada lagi informasi mengenai tempat tinggal di Hong Kong. Kalau sebelumnya menggunakan bahasa Indonesia yang janggal kali ini sebuah iklan mengenai tempat tinggal di Hong Kong buat pekerja yang baru datang di Hong Kong.

"Rumah kami berlokasi di atas kantor kami. Lingkungan jang njaman untuk jang baru datang di Hong Kong." Demikian tulisan pada poster itu dilengkapi dengan foto-foto yang menggambarkan kamar tidur yang terdiri dari dua buah ranjang susun. 

Ada juga foto lengkap dengan dua orang perempuan yang duduk di tempat tidur, serta foto beberapa fasilitas.  Bahkan ditulis fasilitas yang ada yaitu TV/DVD. Hifi, Dapur, lemari es, AC, dan kamar mandi (air panas). Yang menarik adalah tulisan Hifi yang mungkin salah tulis karena yang dimaksud adalah Wifi.

Namun yang cukup mengganggu adalah ejan lama yang digunakan untuk kata yang dan nyaman.  Apakah pemilik gerai ini adalah orang Tionghoa Indonesia yang pulang ke Tiongkok di tahun 1960-an sehingga masih menulis bahasa Indonesia dengan ejaan lama?

Demikian sekilas mengenai pengalaman mengembara ke Sai Kung Market.  Sambil tersenyum sendiri saya melanjutkan perjalanan melihat Tin Hau Temple, yaitu kuil yang diperuntukkan bagi dewa pelindung para nelayan di Hong Kong.

Salam Kompasiana 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun