Mohon tunggu...
Taufik
Taufik Mohon Tunggu... Freelance Berdaulat

*Pejalan yang membutuhkan Energi Langit* Penyuka bacaan: #Antropologi, #Sosiologi, #Poetri, #Sejarah, #Ekonomi, #sosialbudaya #kebijakan #kearifanlokal

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

5 Cara Retorika Biar Pendapatmu Nggak Mental di Telinga Orang

11 September 2025   22:17 Diperbarui: 11 September 2025   22:17 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga Anggrej (Pribadi)

Pernah merasa pendapatmu itu bagus, masuk akal, bahkan cukup jenius... tapi begitu kamu ucapkan, ruangan langsung hening seperti Wi-Fi mati? Lalu seseorang menimpali dengan ide receh, dan entah kenapa semua orang justru mengangguk setuju. Menyebalkan, ya. Rasanya pengen nyebur ke dalam gelas es teh biar adem.

Padahal bukan isi pendapatmu yang salah, mungkin cuma cara menyampaikannya yang kurang menggoda telinga. Soalnya, dalam dunia sosial, ide itu seperti makanan enak pun bisa ditolak kalau cara menyajikannya bikin ilfeel. Maka, kalau mau didengar, kita butuh sedikit bumbu: bukan teori berat, tapi trik kecil bernama retorika.

"Ngomong Didengar, Bukan Didiamkan" 

Nah, biar kejadian menyedihkan itu nggak terulang, ini beberapa jurus ringan biar suara kamu nggak cuma lewat, tapi nyangkut di kepala orang lain.

1. Masuk Dulu Sebagai Teman, Bukan Pembicara

Bayangin kamu datang ke tongkrongan, terus langsung nyeletuk,

"Saya punya solusi atas masalah hidup kalian semua."

Udah pasti ditinggal pesen es teh sendiri.

Mulailah dengan basa-basi, candaan ringan, atau cerita konyol.

Bikin suasana cair, kayak es batu jatuh ke kolak.

Baru deh sisipkan pendapatmu pelan-pelan---kayak orang nitip gorengan di keranjang belanja orang.

2. Ceritakan, Jangan Kotbahkan

Orang bosen diceramahi, tapi suka dengerin cerita.

Bahkan kalau cerita itu cuma tentang kamu yang salah naik bus dan nyasar ke kota sebelah.

Cerita itu bikin orang penasaran, senyum, dan (tanpa sadar) ikut mikir.

Logika masuk lewat pintu belakang ketika hati mereka lagi senang.

3. Pakai Humor Ringan, Tapi Jangan Jadi Badut

Senyum bikin orang terbuka.

Tawa kecil bikin mereka mau dengerin.

Tapi ingat: humor itu bumbu, bukan lauk utama.

Kalau kebanyakan, pendapatmu jadi kayak mie instan kebanjiran saus---ramai, tapi nggak bisa dimakan.

4. Ajak Mereka Ikut Nimbrung

Daripada bilang,

"Menurut saya, cara paling benar adalah..."

Coba bilang,

"Gimana kalau kita coba cara ini, mungkin aja cocok?"

Kata "kita" bikin orang merasa dilibatkan, bukan diperintah.

Dan manusia paling suka merasa penting (termasuk kamu, ngaku aja)

5. Jangan Lupa Jurus Sunyi

Setelah bicara, diam sebentar.

Biar mereka mikir, "Eh... ada benernya juga ya."

Jangan buru-buru jelasin ulang.

Kalau mereka butuh waktu mencerna, biarkan.

Bahkan nasi aja butuh dikunyah, apalagi argumenmu yang lebih keras dari kerupuk.

Jadi Magnet, Bukan Megafon

Suara keras bisa didengar, tapi hati hangat bikin orang betah mendengar.

Jadi, bukan soal ngomong paling lantang... tapi ngomong paling nyambung.

Siapa tahu, setelah ini orang nggak cuma mendengar pendapatmu, mereka malah minta kamu ngomong lagi.

Hati-hati... bisa-bisa kamu jadi tempat curhat nasional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun